Quantcast
Channel: Satria Dharma
Viewing all 857 articles
Browse latest View live

SEANDAINYA SAYA PENGURUS MUI…

$
0
0
Surat imbauan dari MUI Jatim soal salam pembuka (Foto: Hilda Meilisa Rinanda) detik.com

Surat imbauan dari MUI Jatim soal salam pembuka (Foto: Hilda Meilisa Rinanda) detik.com

Seandainya saya pengurus MUI…

Maka saya akan anjurkan semua pengurus MUI lainnya untuk BERHENTI MENGURUSI HAL REMEH TEMEH seperti larangan mengucapkan salam untuk umat lain atau melarang umat memberikan ucapan Selamat Natal yang sungguh tidak produktif itu. Ada banyak hal PENTING dan SANGAT PENTING lainnya yang perlu diurusi oleh sebuah majelis ulama yang terhormat tersebut.

Seandainya saya pengurus MUI maka saya akan mengajak semua pengurus MUI Pusat dan semua daerah agar MEMFATWAKAN KEWAJIBAN MEMBACA atau IQRA’bagi umat. Tentu saja yang dimaksud Iqra di sini bukan sekedar membaca Alqur’an. Mengapa perlu FATWA KEWAJIBAN MEMBACA…?! Karena Perintah MEMBACA, yang bertujuan agar manusia berubah dari tidak tahu (illiterate) menjadi tahu (literate), ini begitu pentingnya sehingga diturunkan yang PERTAMA KALI sehingga merupakan PERINTAH PERTAMA DAN UTAMA BAGI UMAT ISLAM. Membaca adalah perintah Tuhan sesuai dengan ayat tersebut. Saat ini kita sebagai umat Islam telah melalaikan perintah Tuhan yang pertama tersebut. Kita mengabaikannya dan tidak pernah menganggapnya sebagai sesuatu hal yang SANGAT PENTING.

Ini sungguh mengherankan. Meski hafal surat Iqra’ dan membacanya setiap hari dalam sholat tapi umat Islam tidak menjadikan MEMBACA sebagai aktivitas sehari-hari yang harus diperlakukan sebagai IBADAH sebagaimana kita memperlakukan SHOLAT, ZAKAT, DZIKIR, PUASA, dll. Membaca tidak pernah dianggap sebagai suatu IBADAH. Membaca bahkan tidak dianggap sebagai PERINTAH atau AJARAN Islam. Ironis sekali. Bahkan perintah Tuhan untuk membaca ini yang paling ditinggalkan oleh umat Islam saat ini.

“Reading is the heart of education”, kata Farr. “Membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca”. Demikian kata Glenn Doman. Ajaran Islam penuh dengan anjuran untuk belajar, belajar… dan belajar dan berpikir, berpikir, dan berpikir. Bahkan dalam suasana perang dimana dibutuhkan semua tenaga laki-laki yang sehat untuk ikut berperang Rasulullah masih juga menyatakan agar tidak semua orang ikut berperang tapi ada sebagian orang BELAJAR memperdalam ilmu. Bahkan ada anjuran yang yang tersohor agar umat Islam menuntut ilmu sampai ke China. Belajar sebenarnya merupakan NAFAS dari ajaran Islam dan MEMBACA ADALAH JANTUNG DARI PENDIDIKAN. Seandainya saja umat Islam melaksanakan perintah Tuhan yang begitu penting ini maka sebenarnya umat Islam adalah umat yang paling literate, atau yang paling berilmu dibandingkan umat-umat lain.

Seandainya saya pengurus MUI …

Saya akan berupaya agar keluar fatwa dan GERAKAN yang mendorong umat Islam utk membaca dan membaca… Saya akan namakan itu sebagai Gerakan Umat Membaca dan saya tidak akan berhenti sampai umat Islam benar-benar menjadikan membaca sebagai ibadah utama mereka.

Indonesia adalah negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia. Terbesar wahai para ulama…! Tahukah kita berapa persen jumlah penduduknya yg gemar membaca? Ada statistik yang bilang bahwa hanya 0,001% atau hanya satu orang di antara seribu orang. Jelas sama sekali tidak tampak sebagai negara dengan ciri penduduk yg suka membaca.

Bukankah katanya bangsa Indonesia itu mayoritas umat Islam? Sedangkan perintah membaca adalah Perintah Pertama dan Utama dalam Alquran. Mengapa para ulama tidak menganggap ini sebagai kewajiban yang SANGAT PENTING untuk dilaksanakan oleh umat Islam? Seharusnya dalam Islam membudayakan membaca adalah sebuah ‘fardhu kifayah’ atau ‘social responsibility’ yang apabila tidak dilakukan akan menjadi dosa bersama.

Bukankah para ustad, kyai, dan ulama sudah tahu bahwa kata ‘qaraa’ (membaca) dan kata bentukannya disebutkan 89 kali dan kata ‘katab’ (menulis) beserta kata bentukannya sebanyak 303 kali di dalam Al-Qur’an? Begitu banyak kata tentang membaca dan menulis yang ada dalam Al-Qur’an. Semua itu menunjukkan betapa pentingnya kegiatan membaca dan menulis dalam ajaran Islam.

Umat Islam pernah mengalami kejayaan selama 500 tahun (sekitar th 750 – th 1250). Peradaban Islam melahirkan generasi yg mumpuni di bidang ke agamaan dan ilmu pengetahuan. Mereka menghasilkan ilmuwan-ilmuwan hebat kelas dunia seperti Ibnu Rusd (Averroes), Ibnu Sina (Avicenna), Al-Biruni, dll. Itu semua berkat kemampuan mereka mengembangkan ilmu pengetahuan melalui literasi membaca dan menulis.

Di mana tradisi itu sekarang? Semestinya dengan perintah membaca itu umat Islam haruslah menjadi umat yg paling literat dan paling gemar membaca. Tapi fakta justru sebaliknya. Bukankah ini sangat menyedihkan?

Coba bandingkan dengan perintah menutup aurat (diterjemahkan dengan memakai jilbab) yang hanya ada dua ayat di dalam Al-Qur an dan itu pun sdh disampaikan pada kitab suci sebelumnya (artinya perintah memakai jilbab itu bukan khas ajaran Islam saja. Agama lain juga ada perintah yg sama).Tapi para ustad, ulama, dan kyai kita lebih suka menekankan pentingnya pakai jilbab (dan sibuk membela wanita bercadar) bagi wanita muslim ketimbang perintah membaca dan menulis yang disebutkan lebih banyak dalam Al-Qur’an.

Seandainya saya pengurus MUI…

Saya akan mendorong para da’i, kyai, ustad dan para ulama berceramah dan mengajak para jamaahnya utk membaca sebagai Perintah Tuhan yg Pertama sekaligus Utama dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini mereka hanya menganjurkan dan memerintahkan para jamaahnya untuk mendengarkan ceramah mereka saja dan tidak mendorong mereka untuk mengembangkan budaya membaca?

Rendahnya Reading Literacy umat Islam saat ini dan di masa depan akan membuat rendahnya daya saing umat Islam dan negara-negara Islam dalam persaingan global. Dan di Indonesia itu adalah tanggung jawab para ulama yang tergabung di MUI. Jadi para pengurus MUI mesti paham betapa pentingnya memasukkan budaya membaca bagi umat sebagai prioritas utama pembangunan bangsa. Kejayaan Islam adalah karena kemajuan ILMU PENGETAHUAN yang dimiliki umatnya (dan bukan karena bagus dan merdunya suara qari’ dan qari’ah dalam lomba MTQ-nya, umpamanya. Dan juga bukan karena banyaknya hafiz Al-Qur’an). Jadi mari kita dorong para ustadz, kyai, ulama, guru agama, untuk memfokuskan perhatiannya pada upaya untuk membangun kembali budaya literasi umat atau bangsa ini agar kejayaan dapat kita raih kembali. Tak ada rahasia lagi setelah Tuhan menurunkan kata kuncinya, yaitu ‘Iqra’ sebagai pembuka ilmu pengetahuan untuk membangun peradaban. Semua orang bisa menggunakan kata kunci tersebut untuk membangun kejayaan bangsanya melalui kata kunci tersebut. Sayang sekali justru umat islam yang tidak menggunakan kata kunci tersebut untuk membangun kejayaannya.

Dan jika saya sebagai pengurus MUI tidak mendorong agar umat melakukan perintah membaca tersebut maka saya rasa tidak ada gunanya lembaga MUI ini dibentuk.

Seandainya saya pengurus MUI lho…!

Surabaya, 11 Nopember 2019

Salam

Satria Dharma
https://satriadharma.com/

The post SEANDAINYA SAYA PENGURUS MUI… appeared first on Satria Dharma.


UNDANG-UNDANG MEMBACA NASIONAL DI UNI EMIRAT ARAB

$
0
0

Paulo Coelho menulis kepada Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, wakil presiden UEA, “Dengan mengendarai bahtera pengetahuan, ditenagai oleh angin membaca, Anda akan segera berlabuh di pantai yang sangat cerah. dan masa depan yang makmur”.

Sheikh Mohammed menjawab bahwa “Tidak ada masa depan tanpa buku“.

Uni Emirat Arab (UAE) pada Nopember 2016 memperkenalkan sebuah undang-undang baru guna membuat rakyat negara itu semakin gemar membaca. Undang-undang baru tersebut bernama Undang-undang Membaca Nasional Uni Arab Emirat (UAE Reading National Law). Saking pentingnya budaya membaca bagi mereka sehingga dibuat menjadi sebuah undang-undang, dan bukan sekedar Perpres, Pergub, Perda, Gerakan Literasi, Anjuran Mentri, Fatwa MUI, dan sejenisnya. Undang-undang ini memasukan sejumlah besar langkah-langkah guna mendukung keinginan pemerintah dalam meningkatkan minat baca di negeri itu. “Our goal is to prepare generations which work towards excelling and achieving the vision of the UAE, which since its inception, has recognised the importance of knowledge, science and culture, and harnessed them in the best interests of the homeland and the Emiratis,” kata Presiden UAE Yang Mulia Shaikh Khalifa Bin Zayed Al Nahyan.

Bukan hanya itu, untuk mendorong rakyatnya suka membaca Pemerintah Uni Arab Emirat membuat sebuah peraturan yang membolehkan para karyawan yang mungkin suntuk dan stress karena tekanan pekerjaan untuk melakukan ‘time out’ dari bekerja untuk membaca. Pokoknya kalau sedang suntuk dengan pekerjaan maka karyawan boleh minta ‘time out’ untuk baca buku. Para pegawai pemerintah akan tetap digaji ketika membaca buku di saat jam kerja (tapi ya bukan berarti pingin leha-leha gak melakukan pekerjaan apa pun). Peraturan tersebut mendorong beberapa perusahaan untuk membuat perpustakaan di kantor-kantor, pabrik-pabrik, dan lokasi kerja mereka. “Our objective is to make reading a daily habit in our people,” kata Yang Mulia Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, Presiden UAE. https://www.timeoutdubai.com/…/74292-new-uae-law-will-give-…

“Undang-Undang Membaca Nasional UEA, yang dikeluarkan oleh Yang Mulia Shaikh Khalifa Bin Zayed Al Nahyan, adalah peta jalan untuk membangun masyarakat membaca yang beradab, mampu berubah, dan mampu menjadi pemimpin dunia dalam pembangunan,” kata Hussain Ebrahim Al Hammadi, Menteri Pendidikan. Al Hammadi menambahkan undang-undang ini akan mempromosikan membaca sebagai gaya hidup dan sekaligus tanggung jawab untuk meningkatkan produksi intelektual UEA dan kekayaan budayanya. Budaya membaca adalah alat untuk melakukannya.

“Masyarakat membaca menganut nilai-nilai adab, dan memiliki kapasitas intelektual untuk mendorong pembangunan untuk mengambil peran dalam membangun ekonomi pengetahuan berkelanjutan, sesuai dengan Visi negara 2021,” kata Al Hammadi.
“Undang-Undang Membaca Nasional UEA akan mempersiapkan generasi masa depan kita untuk mencapai lompatan perkembangan, mendukung tujuan kepemimpinan nasional kita, memperkuat daya saing kita dan mencapai visi masa depan kita,” kata Jameela Salem Al Muhairi, Menteri Negara Pendidikan Umum. Al Muhairi mengatakan membaca dan pengetahuan adalah jalan untuk unggul dan bersaing dan kebijakan membaca dimaksudkan untuk membangun orang-orang yang berpendidikan, sadar, berdaya, dan toleran.

Al Sayegh, yang juga ketua dari Serikat Penulis Emirates, menambahkan sekretariat serikat pekerja akan menyebarluaskan undang-undang baca sebagai dokumen rujukan dan mendesak anggota serikat pekerja lainnya untuk mengikutinya dan memberlakukan undang-undang yang sama tentang membaca dan budaya.
“Bagaimanapun, budaya adalah satu cara untuk berubah untuk menghadapi tantangan yang menunggu generasi Arab di masa depan,” kata Al Sayegh.

Peraturan pemerintah yang baru tersebut juga mendorong banyak pusat-pusat perbelanjaan menawarkan area-area bagi pengunjung agar bisa membaca buku ketika berbelanja. Pemerintah juga membangun banyak perpustakan yang mendukung bagi mereka yang berkebutuhan khusus dalam membaca, terutama mereka yang tuna netra. Bahkan di beberapa kedai kopi di mall-mall perbelanjaan akan diharuskan menyediakan buku dan aneka bahan bacaan kepada konsumen mereka.
Undang-undang nasional UAE tentang membaca ini meluncurkan Strategi Nasional untuk Membaca. Program itu sendiri memiliki tujuan dalam 10 tahun untuk menciptakan negara UAE dengan penduduk paling gemar membaca. Program tersebut juga bertujuan membuat kebiasaan membaca menjadi perilaku seumur hidup bagi setengah dari orang dewasa dan 80 pesen dari siswa sekolah di negeri itu. Terutama bagi para siswa sekolah, undang-undang membaca itu ditujukan agar siswa membaca buku rata-rata 20 buku dalam setahun.

Menteri pendidikan UAE, Hussain Al Hammadi mengatakan bahwa undang-undang baru itu merupakan sebacam peta jalan untuk membangun masyarakat membaca yang mampu menerima perubahan dan menjadi terdepan secara global dalam pembangunan negara.
Dr Tod Laursen, presiden dari Khalifa University menyebutkan bahwa dalam era internet ini buku dan perpustakaan tetaplah menjadi sarana yang utama dalam mencerdaskan masyarakat. “Dengan generasi internet dan begitu banyak informasi yang tersedia, adalah tugas kami di universitas untuk meyakinkan orang bahwa hanya karena mereka mencari sesuatu di Google atau menemukan laman web tentang beberapa topik tidak lantas menjadikannya benar. Di situlah pentingnya mengetahui cara menggunakan perpustakaan untuk mengecek validitas informasi dan sumbernya. Orang yang memiliki keterampilan ini jelas akan sangat diuntungkan.”

Jika ingin baca lebih lanjut informasi tentang UAE menerapkan peraturan wajib membaca buku bagi seluruh warganya ini sila baca:
http://gulfnews.com
http://www.timeoutdubai.com
http://www.thenational.ae

INDONESIAKU, DI MANAKAH ENGKAU..?!

Bagaimana dengan negara kita Indonesia? Kapan negara kita akan melakukan langkah strategis macam ini? Kapan membaca buku akan dijadikan peraturan wajib berdasarkan undang-undang? Mengapa sampai tahun 2020 siswa kita di sekolah masih juga belum mendapatkan kurikulum yang mewajibkan mereka untuk membaca sejumlah buku atau karya sastra tertentu sebagaimana negara-negara lain? Apakah Menteri Pendidikan, semua dirjen, direktur, dan kepala lembaganya yang hebat-hebat itu TIDAK PAHAM betapa pentingnya kemampuan membaca bagi siswa dan apa relevansinya dengan membaca karya sastra? Kalau begitu sila baca ini:
https://satriadharma.com/…/mengapa-siswa-kita-tidak-diwaji…/
https://satriadharma.com/…/mengapa-siswa-kita-tidak-diwaji…/

Wahai, Mas Mendikbud Nadiem Makarim dan Pak Menteri Agama Fachrul Razi yang membawahi kementrian yang bertugas mencerdaskan 50 juta siswa Indonesia. Saya menunggu gebrakan kalian dalam soal KEWAJIBAN BACA bagi siswa ini. Ingat bahwa kemajuan pendidikan bangsa ini ada di tangan kalian. 🙏

Surabaya, 19 Nopember 2019

The post UNDANG-UNDANG MEMBACA NASIONAL DI UNI EMIRAT ARAB appeared first on Satria Dharma.

DUA SINTONG

$
0
0
CEO Ruangguru Adamas Belva Devara. Foto: Andhika Prasetya/detikcom

CEO Ruangguru Adamas Belva Devara. Foto: Andhika Prasetya/detikcom

Sute saya, Nang Te Ahmad Rizali, merasa bohwat karena Presiden Jokowi mengangkat Belva Devara, Bos Ruang Guru, jadi Stafsusnya. Sebetulnya dia juga sudah kurang sreg dengan naiknya Nadiem jadi Mendikbud. 😜

Sute saya bohwat karena menurutnya Ruang Guru itu adalah Bimbel Daring dan Bimbel itu hanya ikut membantu menyelesaikan kekusutan menjadi lebih cepat, bimbel tak pernah punya pretensi mengajari murid seperti tujuan pendidikan.

Yo jelas toh, Bro…! 😀 Mosok tujuan bimbel mau disamakan dengan tujuan pendidikan. Tapi jelas bimbel itu merupakan SOLUSI dari masalah yang ditimbulkan oleh sistem pendidikan kita.

Mengapa anak-anak kita perlu bimbel? (Sebenarnya istilah ‘Bimbingan Belajar’ itu istilah yang salah kaprah dan sebetulnya kebanyakan lembaga yang ngaku sebagai bimbingan belajar hanyalah sekadar ‘Bimbingan Tes’.) Karena mereka harus lulus ujian nasional yang menentukan nasib mereka ke jenjang pendidikan berikutnya. Padahal di sekolah mereka tidak mendapatkan pembelajaran yang memadai untuk bisa menjawab soal ujian tsb. Ada gap antara pembelajaran di sekolah dan soal ujian tsb. Maka bimbel mengisi kekosongan tsb. Di Bimbel siswa hanya diajari untuk MENJAWAB SOAL dengan CEPAT dan TEPAT. Perkara dasar teorinya yang bakal membuat siswa paham mengapa harus demikian tidak dibahas karena bukan itu tujuannya (apalagi membahas betapa indah dan menariknya Matematika). 😎 Tujuan bimbel bukan untuk membuat siswa ‘kasmaran belajar’ seperti yang diinginkan oleh Prof. Iwan Pranoto dari ITB tsb. Sebetulnya itu bukan BIMBINGAN BELAJAR tapi sekadar BIMBINGAN TES karena tujuannya bukan agar anak senang belajar dan terbantu dalam belajarnya tapi sekadar agar dapat menjawab soal tes ujian. Ane bisa ngomong begini karena pernah punya Bimjar besar juga di beberapa kota di Jatim. And it’s quite a big business. 😎

Nadiem Anwar Makarim ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Presiden Joko Widodo. Nadiem yang merupakan founder dan mantan CEO Gojek mengungkapkan pentingnya pendidikan untuk membangun SDM unggul.

Nadiem Anwar Makarim ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Presiden Joko Widodo. Nadiem yang merupakan founder dan mantan CEO Gojek mengungkapkan pentingnya pendidikan untuk membangun SDM unggul. (foto: tempo.co)

Meski belum meneliti lebih jauh saya lihat ternyata Ruang Gurunya Belva Devara BUKAN SEKADAR Bimbingan Tes. Ruang Guru dirancang benar-benar untuk MEMBANTU SISWA yang merasa perlu mendapatkan TAMBAHAN dan PEMAHAMAN yang lebih luas dan dalam dari materi yang dipelajarinya di sekolah. Ruang Guru bukanlah bimbingan tes tapi benar-benar jadi Guru Les siswa melalui media internet.

Seperti yang dijelaskan pada webnya
Ruangguru adalah aplikasi belajar dengan solusi belajar terlengkap untuk segala KESULITAN BELAJAR siswa. Konten tersedia untuk berbagai jenjang mulai dari SD, SMP dan SMA sesuai dengan kurikulum nasional dan dirancang khusus oleh pengajar terbaik dan berpengalaman (Master Teacher). Mulai dari nonton video, latihan soal, les privat, tryout semua bisa diakses dari smartphone.

Bagi saya ide ini luar biasa…! 👍😊

Jika selama ini kita mengeluhkan mutu guru kelas yang mengajar anak-anak kita yang sungguh jeblok dan kita tidak tahu harus bagaimana. 🙄 Jika kita punya duit kita panggillah guru les bagi anak kita di rumah agat mereka paham. Itu pun hanya satu atau dua bidang studi yang kita anggap paling penting. Berapa banyak uang yang harus kita sediakan untuk Guru Les bagi anak kita itu? Kini Belva Devara menyuguhkan sebuah solusi Guru Les yang jauh lebih baik, lebih murah, lebih menarik, lebih fleksibel bagi SEMUA ANAK yang membutuhkan. Lho itu kan bayar? Lha apa kalau kita panggil guru les gak bayar? 😀
Yang namanya Guru Les itu jelas tidak bisa menggantikan peran guru penuh di sekolah. Lha wong mereka punya tugas dan peran yang berbeda kok! Jadi mengharapkan agar siswa diajari karakter, kreatifitas, kolaborasi, ketangguhan, empati, dlsbnya oleh guru les itu sama dengan ingin menjadikan guru les sebagai gantinya sekolah. Janganlah, Bro…! 😀
Begitu juga dengan Ruang Guru. Tujuannya jelas bukan untuk MENGGANTIKAN PERAN SEKOLAH tapi untuk mengisi materi dan metoda pembelajaran yang kosong atau tidak mampu disediakan oleh guru anak-anak di sekolahnya. Jadi sifatnya KOMPLEMENTER dan bukan sebagai substitusi.

Jadi, Nang Te, please look it from a brighter side. 😎 Dua Sintong yang dipilih oleh Presiden Jokowi ini jelas orang-orang pilihan yang mampu MEMBERIKAN SOLUSI jitu pada permasalahan aktual yang ada di hadapan kita dengan cara yang sangat hebat dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh all those education professors. 😀 Bukan ane meledek para professor tapi kerjaan profesor kan emang untuk mikir sedangkan untuk melakukan dan melaksanakan ide-ide hebat memang butuh eksekutor. Professors are surely ain’t executors. Makanya ente gak usah repot-repot jadi profesor kalau sekedar ingin bikin gebrakan dengan Gernastastaka ente. 😜

Lalu bagaimana soal memperbaiki mutu pendidikan dasar? Siapa yang bakal serius melakukannya kalau para Sintong ini mikirnya ke ‘quick problem solving’? Ente mau nanya gitu kan? 😀

Tenang aja, Bro. Bukannya sejak dulu kita juga udah bohwat soal mutu guru dan Ujian Nasional sampai kita bikin buku berjudul “Buku Hitam Ujian Nasional”? Eh, kita udah bikin berbagai macam upaya ternyata juga dicuekin ama Bengcu Kemdikbud karena mereka mesti tunduk dan patuh pada Bengcu atasan mereka juga. Nothing happened juga kan…?! 😀

Apa yang ane suka dari naiknya dua Sintong ini adalah justru karena mereka masih muda dan gak punya gelar professor (ane malah udah profesor duluan berkat julukan teman-teman slengekan itu). Jadi jelas mereka kagak birokratis dan kalau dibantah kagak ngambekan. Ane udah punya rencana (dalam hati sih! 😎) suatu kali nanti mau nglurug ngajak bolo (yo peno bolonya karepku) ke Senayan dan ngajakin kongkow para Bengcu di Senayan ngacapruk soal pendidikan dasar as you wish. Gimana…?! Puas…?! 😎

Madiun, 23 Nopember 2019

The post DUA SINTONG appeared first on Satria Dharma.

HABIB RIZIEQ SEBAGAI STAF KHUSUS WAPRES. 😎

$
0
0
Sumber foto : Instagram Agan Harahap

Sumber foto : Instagram Agan Harahap

(Believe me, you will love the idea…) 😎

Mengapa tidak…?! Lha wong Presiden Jokowi aja dengan penuh percaya diri mengangkat Prabowo sebagai Menhan kok. 😀 (Seribu teman itu kurang dan satu musuh terlalu banyak, kata Prabowo di sebuah videonya. Saya langsung kesengsem nontonnya padahal cuma cuplikan dan tidak tahu kapan, di mana, dan pada acara apa beliau ngomong gitu.😎)

Jadi apa salahnya kalau Habib Rizieq jadi stafsus Pak Amin Ma’ruf? (Ayo wudhu dulu kalau kamu belum paham apa hebatnya usulan saya ini) 😜

Pertama, Kyai Ma’ruf adalah penggagas dan sekaligus penggerak perekonomian syariah di Indonesia. Hal ini sesuai dengan apa yang selama ini digelutinya di perbankan syariah. Beliau adalah anggota Komite Ahli Pengembangan Bank Syariah Bank Indonesia sejak 1999) dan menjadi Ketua Harian Dewan Syariah Nasional MUI (2004–2010). Beliau bahkan telah menyusun rencananya tersebut dan menyampaikannya pada pengukuhan gelarnya. Kyai Ma’ruf Amin menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul ‘Solusi Hukum Islam (Makharij Fiqhiyyah) sebagai Pendorong Arus Baru Ekonomi Syariah di Indonesia’.

Kyai Ma’ruf Amin mengatakan jika nanti diberi amanah rakyat untuk memimpin Indonesia akan mengutamakan program ekonomi keumatan.

“Ekonomi keumatan adalah arus baru. Kenapa arus baru karena arus lama membentuk konglomerat. Ini kita jadikan arus baru, bukan melemahkan yang kuat. Tidak. Tapi, bagaimana menguatkan yang lemah. Itulah lahir program aset dan kemitraan. Konglomerat bermitra dengan usaha masyarakat,” ujar Ma’ruf di Kantor PBNU, Kamis (9/8/2018), tak lama setelah diumumkan Jokowi sebagai cawapres.

Nah, sekarang beliau sudah jadi Wapres jadi tinggal menjalankan rencana hebatnya tersebut. Jelas beliau membutuhkan staf khusus yang hebat juga dong! Emang presiden aja yang boleh punya stafsus? 😏

Lalu mengapa harus HRS? Bukankah beliau itu mantan narapidana yang pernah dihukum dua kali? Bukankah itu akan menjadi kontroversi, menimbulkan kegaduhan, menimbulkan penolakan, mendatangkan kekacauan, dlsb?
Jawabnya adalah: Sejak kapan mantan napi gak boleh jadi stafsus? 😜 Lha wong Ahok aja boleh dan bisa jadi Komut Pertamina mosok Kyai Ma’ruf gak boleh bergandengan tangan lagi sebagaimana dulu mereka dengan mesra bergandengan tangan pada pawai 212? Jangan begitulah, Bro…! Hilangkanlah dendam dan sakit hati yang ada dan bercokol di hatimu. 😜

Dengan penugasan tersebut maka masalah pencekalan atau apalah namanya yang dihadapi HRS di Arab Saudi dengan sendirinya akan selesai. Beliau bisa pulang dengan full dignity dan para pengikutnya akan sholawatan sepanjang perjalanan beliau dari bandara ke rumah. Para cebong dan kampret akan berpelukan sambil menangis tersedu-sedu dan bertekad untuk jadi komodo setelah itu. Beautiful, isn”t it. 😎

Apa tugas HRS nantinya? Ya membantu agar Perekonomian Syariah bisa bangkit dan berkembang. Rencananya kan kita berharap (agak mendesak) agar para konglomerat itu MEMBANTU tumbuhnya perekonomian syariah umat Islam. Nah, tugas HRS adalah MENDATANGI para konglomerat tersebut agar mau dengan sukarela membantu perekonomian umat Islam. 😀

Saya kok sangat yakin kalau HRS yang mendatangi para konglomerat itu maka mereka akan patuh dan dengan suka rela membantu. “Ambil saja…! Ambil saja…apa yang dibutuhkan… Kami sungguh rela membantu, Pak Habib. Terima kasih sudah mengajak kami terlibat. Ini sungguh sebuah kehormatan bagi kami…” kira-kira demikian jawab mereka kalau didatangi HRS. Padahal HRS cuma dehem-dehem doang lho itu. 😂

(Nang Te, kalau peno ada akses ke Kyai Ma’ruf tolong sampaikan impianku ini ke beliau. Entar kalau jadi kita yang jemput HRS di bandara). 😎

NB : Ini foto editan. It doesn’t happen yet. Tapi mari kita berharap bahwa suatu hari Habib Rizieq akan mengajak Ahok dan istrinya umroh bersama sambil napak tilas. 😎

The post HABIB RIZIEQ SEBAGAI STAF KHUSUS WAPRES. 😎 appeared first on Satria Dharma.

MENGAPA KITA HARUS MENULIS?

$
0
0

Once in a lifetime we must be able to write and publish our own book. It is a proof that our life is valuable and we have stories, opinions, values, and thoughts that are worth sharing and may inspire others. – Satria Dharma

Tidak peduli apakah pernah terbersit di dalam hati Anda keinginan agar suatu hari Anda akan bisa menjadi seorang penulis buku yang bestseller atau sekadar memiliki blog sendiri, semua orang perlu mengembangkan kemampuan menulisnya. Di dunia yang semakin mengglobal ini kemampuan berkomunikasi adalah sangat vital. Menulis adalah sebuah cara berkomunikasi yang sangat penting. Sehebat atau sepandai apa pun Anda, sebagus dan secanggih apa pun produk yang mungkin bisa Anda ciptakan, tapi jika Anda tidak mampu mengkomunikasikannya ke dunia luas maka semua itu akan sia-sia. If nobody knows you or what you can do then you don’t exist. You should communicate yourself or your products well.

Cara pertama untuk berkomunikasi adalah berbicara atau tatap muka. Dengan berbicara langsung kita bisa menyampaikan dan mengekspresikan diri dengan meyakinkan. Itu sebabnya bahwa keputusan-keputusan penting tetap dilakukan dengan tatap muka dan bicara langsung antar pihak meski sebenarnya bisa dilakukan secara tertulis dan dari jarak jauh.

Cara lain adalah dengan menuliskannya. Tapi menulis bisa menjadi cara untuk menyampaikan pesan dan mengekspresikan diri yang lebih baik dari berbicara. Dengan menulis kita dapat menyusun kata-kata kita jauh lebih baik, lebih luas dan dalam maknanya. Apa yang kita tulis bisa dibaca berulangkali oleh si penerima pesan. Hebatnya lagi, sebelum kita menyampaikan pesan tertulis tersebut kita dapat mengeditnya berkali-kali sehingga kita puas dan yakin dengan apa yang kita maksudkan dan kemudian baru kita sampaikan atau sebarkan.

Dari 4 Keterampilan Berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)  keterampilan menulislah yang dianggap sebagai ketrampilan berbahasa tertinggi dan oleh karenanya dianggap paling sulit dan perlu mendapat perhatian lebih dalam melatihnya. Dalam menulis kita tidak hanya sekedar menuliskan kata-kata tetapi kita juga dituntut untuk menuangkan gagasan, konsep, perasaan, dan kemauan.  Untuk dapat memiliki Ketrampilan Menulis dibutuhkan waktu berlatih yang lama dan juga  intensif. Keterampilan menulis boleh dibilang merupakan keterampilan yang sangat kompleks dan bisa dikatakan sebagai ketrampilan yang hanya dimiliki oleh orang yang terpelajar.

MENGAPA KITA HARUS TERUS MENULIS?

    • Menulis itu melatih otak dalam berpikir. Dengan menulis kita melatih otak kita untuk mengeluarkan kata-kata, kalimat, ekspresi, dan berusaha untuk menyusunnya dengan efisien dan efektif dan dengan demikian maka mesin di otak kita bekerja. Menulis adalah terapi berpikir yang sangat baik. Tidak ada gunanya kita punya otak jika otak itu tidak kita gunakan untuk berpikir. Menulis adalah sebuah cara untuk mengasah dan melatih otak kita setiap hari agar menjadi tajam. Menulis itu memperkuat daya ingat kita. Otak menjadi lebih lentur jika dilatih untuk menulis.
    • Menulis itu meningkatkan kompetensi diri. Abad Informasi itu berbasis tertulis (text and graphic).Menulis itu kecakapan. Alatnya kata-kata. Dengan kata-kata dan gambar kita menampilkan pesan yang ingin kita sampaikan. Abad Informasi tidak akan bisa mempekerjakan orang yang tidak dapat menulis kalimat yang padat, logis, dan jelas. Jadi jelas sekali bahwa menulis itu ketrampilan paling penting bagi masa depan. Kemampuan Anda menulis nantinya akan sangat menentukan karir dan kehidupan pribadi Anda. Kemampuan saya menulis dan menyampaikan gagasan secara tertulis membentuk karir dan perjalanan hidup saya selama ini. Saya juga dapat istri yang luar biasa karena kemampuan saya menulis surat lamaran memintanya menjadi istri saya lewat surat. Dia jelas terpesona oleh kelihaian saya menulis surat lamaran tersebut. Kalau saya sampaikan secara lisan mungkin kata-kata saya akan berantakan dan dia bingung sebenarnya saya ini mau ngomong apa sih.
    • Ketrampilan menulis itu sangat dibutuhkan jika Anda ingin meneruskan studi ke tingkat lebih tinggi. Semakin tinggi level pendidikan yang akan dituju semakin tinggi persyaratan kemampuan menulisnya. Untuk tingkat Sarjana Anda harus menulis Skripsi, tingkat Master menulis Thesis, tingkat Doctoral menulis Disertasi. Semuanya membutuhkan ketrampilan menulis. Ketrampilan Menulis itu jelas dibutuhkan jika Anda ingin bekerja. Karyawan yang memiliki kemampuan menulis memiliki kesempatan lebih besar untuk diterima bekerja, dipromosikan dan paling jarang dipecat. Ketrampilan Menulis itu sebuah modal besar jika Anda ingin bekerja mandiri. Seorang penulis yang handal bisa kaya raya dari kemampuannya menulis. Bahkan seorang ‘ghost writer’bisa kaya raya. Saya mengenal beberapa orang yang kaya raya karena buku yang ditulisnya. Seorang walikota bahkan mengaku bahwa modalnya untuk naik menjadi walikota adalah dari buku yang ia tulis dan menjadi buku wajib bagi siswa. Dia memang mantan guru dan kepala sekolah sebelumnya.Dengan kemampuan menulis seseorang dapat menemukan dan memunculkan ide dan gagasan baru, bersikap kritis analitis, dan mampu menyebarluaskannya pada orang lain jauh lebih baik daripada hanya dengan lisan.
    • Menulis membantu kita melihat pikiran yang berkelebat dalam benak kita dengan jelas. Sebagian besar kisah, peristiwa, dan pandangan kita tidak mampu kita sampaikan secara lisan karena kisah, peristiwa, dan pandangan tertentu membutuhkan audiens tertentu, suasana tertentu, tempat tertentu yang mungkin tidak akan pernah akan kita temui. Dengan menuliskannya maka apa yang mengendap di benak kita akan bisa kita urai dan lukiskan dengan cara, waktu, dan tempat yang sesuai dengan yang kita inginkan.
    • Menulis juga membantu kita melihat kejelasan dalam pemikiran di benak kita. Kita dapat memilih berbagai ide, merekatkannya, mencabutnya, dan menghasilkan ide-ide baru saat kita menulis sepenuh hati. Menulis memaksa kita untuk bercermin, mengamati, dan berpikir lebih kritis. Menulis memberi kita akses ke pikiran kita dan pada akhirnya memberi kita kemampuan untuk menjadi penulis cerita kita sendiri. Kebiasaan ini akan membangun keterampilan menulis kita yang akan memiliki dampak positif pada setiap bidang kehidupan kita. Dalam kehidupan yang semakin keras dan kompetitif stress dan tekanan hidup sering tak terelakkan. Daripada Anda menghabiskan uang dan waktu Anda untuk melakukan terapi kejiwaan maka menulis justru merupakan sebuah terapi yang ampuh bagi stres dan depresi. Kita bisa menghilangkan stres dari pikiran kita dan menuangkannya di atas kertas atau dengan menuliskannya.
    • Menulis bisa menjadi terapi. Menulis bisa menjadi cara untuk melampiaskan semua frustrasi terpendam yang mungkin membebani pikiran kita ke atas kertas atau layar komputer. Kita dapat mengatasi kemarahan, ketakutan, kekhawatiran, dan stres kita tanpa harus memukul orang yang menimbulkan emosi tersebut dengan tinju kita. Menulis dapat berfungsi sebagai bentuk penghilang stres dan menjadi katarsis di mana kita akhirnya bisa mengatakan apa yang tidak bisa kita katakan dengan terus terang dalam kehidupan nyata.
    • Menulis dapat melepaskan hormon dopamin dalam tubuh kita. Hormon dopamin di otak ini akan meningkatkan suasana hati sehingga kita akan merasa lebih senang dan bahagia.Tapi kita perlu sadar agar jangan sampai perasaan kita yang mungkin menimbulkan masalah ketika dibaca orang masuk ke tangan atau media yang salah. Menjadikan tulisan sebagai katarsis tidaklah berarti bahwa kita bebas untuk menyampaikan hardikan, umpatan, caci-maki, tuduhan, gugatan, kebencian, sikap SARA yang tidak bertanggung jawab ke publik. Justru dengan menulis kita seharusnya bisa jauh lebih bijaksana, lebih tertata, lebih terstruktur, lebih bertanggung jawab dalam menyampaikan apa yang ada di benak kita. Bukankah kita selalu bisa membaca ulang, mengedit, menghapus, menambahkan, apa-apa yang perlu, baik, dan penting dalam tulisan kita? Ingatlah bahwa banyak orang yang menemui masalah hukum karena tidak mampu mengontrol emosi dan kata-katanya dengan menuliskan hal-hal yang buruk dan negatif dan melemparkannya ke media publik.Satu hal penting mengapa kita harus menulis adalah karena dengan menulis kita akan dapat membuat perubahan. Jelas sekali bahwa tulisan dapat membuat perubahan-perubahan penting dalam hidup kita dan kehidupan orang lain. Kata-kata yang kita tulis dapat menginspirasi, membimbing, dan membawa perubahan nyata dalam kehidupan orang-orang tertentu. Tulisan adalah media yang sangat besar pengaruhnya untuk membawa revolusi di tempat-tempat di mana kita tidak dapat menjangkaunya secara fisik.Jika kita memiliki keprihatinan atas sesuatu hal maka kita akan dapat menyuarakan keprihatinan tersebut melalui tulisan kita. Kita dapat membuat perubahan positif dan nyata dengan menulis tentang hal tersebut tanpa kita harus melangkah keluar dari pintu rumah kita.
    • Menulis adalah untuk keabadian, kata Pramudya Ananta Toer. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”Itu sebabnya sampai saat ini kita masih bisa membaca kisah yang ditulis Pramudya. Bahkan karyanya “Bumi Manusia” difilmkan hampir 40 tahun setelah ditulisnya. Pepatah Yunani mengatakan: Verba volant, scripta manent, artinya ‘yang terucap akan hilang, terbang, yang tertulis akan abadi’. KH As’ad Humam telah wafat 20 tahun lalu, namun karya yang disusunnya yang memudahkan siapapun untuk bisa membaca Alquran, yang berjudul  “Buku Iqro  Cara Cepat Belajar Membaca Alquran” sampai saat ini masih terus digunakan jutaan anak untuk belajar membaca Alquran. Plato, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Albert Einstein, Sun Tzu, kita tidak pernah mengenal langsung tokoh-tokoh tersebut tapi kita mengetahui mereka lewat tulisannya. Mereka semua boleh jadi telah meninggal puluhan, ratusan, atau ribuan tahun yang lalu. Namun tulisannya tetap hidup, dibaca, dikenang dan memberi inspirasi bagi generasi setelahnya. Yang mereka tulis menjadi abadi.

 

Untuk memiliki ketrampilan menulis maka kita memang harus banyak membaca dan rajin menuliskan ulang gagasan-gagasan dan pemikiran kita dalam bentuk tulisan utuh atau artikel. Dengan terus menerus berlatih maka kita akan dapat memperoleh kebeningan gagasan dan kelincahan dalam menuangkannya dalam bentuk tertulis.

Jadi jangan tunda lagi. Mulailah berlatih menulis. Anda bisa menulis di mana pun Anda berada dengan gadget yang Anda punyai. Jangan hanya gunakan gadget Anda untuk menelpon, menulis SMS atau menonton Youtube. Gadget Anda bisa digunakan untuk berlatih menulis setiap hari. Asahlah kemampuan menulis Anda dengan mulai menulis. Jadikan menulis sebagai sebuah KEBIASAAN Anda. Satu kebiasaan positif akan mengarah ke kebiasaan positif yang lain, dan kebiasaan positif yang lain, sampai Anda berubah menjadi versi terbaik dari diri Anda (the best of you). Kehebatan dari kebiasaan menulis setiap hari adalah bahwa kegiatan ini  tidak memerlukan banyak modal atau sumber daya. Yang Anda butuhkan hanyalah pena dan kertas,  laptop, atau cukup handphone Anda. Menulis dapat berfungsi sebagai dasar untuk praktik kreatif Anda seumur hidup.

 

Surabaya, 26 Nopember 2019

Salam

Satria Dharma

https://satriadharma.com/

 

 

The post MENGAPA KITA HARUS MENULIS? appeared first on Satria Dharma.

SYUKURAN KELUARGA

$
0
0

Alhamdulillah acara syukuran kami kemarin berjalan dengan sangat meriah. Tamu-tamu berdatangan baik dari dalam kota mau pun dari luar kota.  Dapat kejutan yang menyenangkan ketika para tonggo kampung Darmokali dulu yang kini sudah berpencaran juga datang serombongan. Mereka heran mengapa nama saya jadi Satria Dharma karena mereka tahunya nama kampung saya adalah Mas Adok (yang katanya singkatan dari ‘Arek Darmokali’). Semua hidangan bisa habis dan mereka benar-benar menikmatinya. Glad to know that everybody enjoyed the food served.

Banyak yang bertanya, “Syukuran opo iki, Cak Sat? Ulang tahun tah? Mantu tah? dlsb” Saya memang sengaja tidak menuliskan pada undangannya ini syukuran apa. Mengapa? Karena ini memang syukuran reno-reno. Ada banyak hal yang perlu kami syukuri dalam hidup ini dan kami merasa perlu untuk merayakannya. Pertama, tentu saja kami bersyukur bahwa selama tahun 2019 ini kami sekeluarga sehat-sehat semua. Mangan yo sik tetep akeh dan Alhamdulillah sing dipangan yo onok ae. Kami memang mengikuti falsafah ‘Mangan sak onoke’ jadi kalau ada sate dan gule enak di warung bu Umi ya kami makan, kalau ada panganan Ayam Geprek enak nang Transmart ya kami datangi, pokoknya ‘mangan sak onoke’, onoke isuk dipangan isuk, onok awan di pangan awan, nek gak onok yo digolekno coro supoyo onok. begitulah….

Kedua, Alhamdulillah usia perkawinan kami telah mencapai 27 tahun kemarin. Padahal rasanya baru minggu lalu lho kami menikah dan baru tiga hari yang lalu kami pulang dari honey moon. Kami ini honeymoonnya gak habis-habis meski sudah 27 tahun menikah. Anda mungkin tidak percaya bahwa meski sudah menikah 27 tahun kami masih merasa seperti pengantin baru dan kami masih mengucapkan ‘I love you’ pada satu sama lain. Ke mana pun kami pergi kami bergandengan tangan bahkan pada saat olahraga jalan kaki pagi.

Ada yang tanya apa resepnya bisa selalu mesra. Mungkin teman yang bertanya ini heran mengapa kami ke mana-mana masih gandengan tangan koyok sik pacaran ae. Ojok salah rek. Nek pacaran aku gak wani gandengan tangan. Gandengan tangan itu ada fungsinya, terutama kalau di mall. Kalau saya lepaskan sebentar saya gandengan saya bisa-bisa istri saya lepas, hilang, dan ketika ketemu sudah bawa tas belanjaan neko-nekoYo mending digandeng ae kan.

Kalau ada yang tanya apa resep membuat istri selalu bahagia maka jawabnya ada 3, yaitu uang, money, dan ojir. Anda boleh tidak percaya tapi uang bisa membuat istri bahagia. Money can’t buy happiness, demikian kata pepatah. Of course you cannot buy happiness because happiness is not for sale. But you can buy things which may make your wife happy. Maksud saya, jangan pelit sama istri. Kalau dia butuh 100 ribu berilah 150 ribu. Dia perlu sejuta beri dua juta. Pokoke sak mblengere…  Walau pun kita tahu bahwa istri kita tidak akan pernah mblenger sama uang. Edan po…!

Rahasia kami untuk tetap rukun adalah pembagian tugas. Tujuannya agar tidak terjadi konflik karena salah paham dalam menangani masalah yang sama. Suami ingin ke kondangan pakai baju yang santai si istri ngotot harus pakai batik tertentu yang katanya sudah dia siapkan sejak dua minggu yang lalu. Kan berabe kalau dalam segala hal kita bertengkar. Itu sebabnya perlu ada pembagian tugas. Kata istri saya saya sebagai suami sebaiknya menangani hal-hal penting saja sedangkan yang remeh-remeh biar dia yang tangani. Waktu saya tanya hal penting apa yang harus saya tangani dijawab, “Ya hal penting yang berhubungan dengan kemaslahatan umat, bagaimana menangani pemanasan global, memikirkan masalah kelangkaan air di NTT, apakah sebaiknya Wapres punya staf khusus Habib Rizieq, dan semacamnya.

Jadi urusan rumah tangga dan seisinya, apa jenis dan merk mobil yang mau dibeli, mau kredit atau cash, anak mau sekolah di mana atau mau gak sekolah, rumah mau direnovasi atau tidak, dll itu urusan istri. Saya kebagian tugas luar mikiri apakah anjing laut di kutub sana cukup merasa dingin atau tidak dan bagaimana agar Trump dan Xi Jinping tidak eker-ekeran terus. Alhamdulillah karena tugas sudah dibagi demikian maka potensi konflik di antara kami langsung anjlok.

Kemarin ada tamu dari Darmokali yang bertanya pada istri saya, “Putrinya Mas Adok ya?” Uasem pol…! Entah ini karena kemarin itu istri saya tampil terlalu muda atau saya yang tampak terlalu tua sehingga istri saya dikira anak saya. Jadi begitu istri saya menjawab, “Saya istrinya…” dan mereka kaget lalu saya timpali, “Iki mbok nom…” dan mereka tampak semakin terkejut. Lha istri tuanya mana…?! Ya nanti nunggu istri mudaku ini jadi tua nantinya. Semoga mereka bisa menerima jenis guyonan semacam ini…

Ketiga, syukuran atas terbitnya buku terbaru saya dengan judul “Literacy and The Color of My Days” dengan sampulnya yang colorful itu. Buku ini tebalnya 546 halaman dengan 105 judul artikel. Buku ini datang pas acara syukuran berlangsung sehingga saya bisa membagikannya pada para mantan dosen saya di IKIP Surabaya yang sempat hadir kemarin. Saya sungguh gembira bahwa syukuran saya bisa dihadiri oleh Pak Djoko Soloeh Marhaen, Pak Moeljono, Pak Budi Darma, Bu Syukriyah, Bu Fabiola Kurnia, Bu Ninuk Kutsi, dan pasangan masing-masing. Pak Djoko yang jalannya sudah tertatih-tatih dan Pak Budi Darma yang sudah tidak bisa berjalan dengan tegak seperti tahun lalu membuat saya terharu karena masih mau menyempatkan diri datang ke acara saya, mantan mahasiswanya yang suka bikin rebut itu. Saya berharap bahwa buku saya tersebut dapat membuat mereka bangga bahwa apa yang mereka ajarkan pada saya dulu itu tidak sia-sia.

Keempat, Alhamdulillah saya berhasil mencapai usia 62 tahun dengan kondisi lumayan baik jiwa dan raga, fisikal, emosional, finansial, seimbang Yin dan Yangnya, terlindungi dari segala santet, sihir, guna-guna istri muda, gendam, sirik dan dengki, mau pun keluhan pasutri seperti loyo, peltu (nempel metu) dan lemah syahwat. Alhamdulillah saya juga masih bisa menghayati dan mengamalkan butir-butir Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, GBHN, maupun UU Sisdiknas yang katanya mau diamandemen itu. Karepmu wis…!

Kelima….

Aisy…! Leren-leren…! Cekap semanten piatur kulo. Terima kasih saya ucapkan pada teman-teman yang telah hadir kemarin. You really made our day so beautiful yesterday…

Surabaya, 2 Desember 2019

Salam

Satria Dharma
https://satriadharma.com/

 

Foto-foto Dokumentasi:

 

The post SYUKURAN KELUARGA appeared first on Satria Dharma.

RADIKALISME SEJAK PAUD?

$
0
0
Ilustrasi. pinterpolitik.com

Ilustrasi. pinterpolitik.com

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Al-Hujurat (49:13)

Wapres Kyai Ma’ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (15/11/19) menyampaikan sebuah isu tentang pentingnya upaya melawan radikalisme pendidikan di pengajaran pada anak sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga tingkat Sekolah Dasar (SD).

Melawan radikalisme melalui pendidikan sejak PAUD? Ya. Menurut Kyai Ma’ruf saat ini telah muncul gejala radikalisme di tingkat PAUD hingga SD.

 

Maka gegerlah dunia persilatan…

Tidak kurang dari Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, yang ikut senewen mendengar tudingan wapres itu. Beliau menilai jika pernyataan tersebut benar maka akan berdampak luas terhadap keberadaan PAUD di Indonesia. Noor menyatakan bahwa jumlah PAUD di Indonesia mencapai puluhan ribu. Bahkan, Aisyiyah sendiri memiliki sekitar 20 ribu PAUD yang sudah berlangsung satu abad merintis pendidikan usia dini di Indonesia. Ia menekankan, PAUD Aisyiyah dan PAUD pada umumnya mengajarkan nilai-nilai keislaman, keagamaan dan kebangsaan yang luhur. Noor juga menegaskan, tidak mengajarkan dan mengenalkan radikalisme.

Reaksi defensif dari banyak pihak ini membuat saya tidak habis pikir. Ya kalau PAUD Aisyiah tidak mengajarkan dan mengenalkan radikalisme seperti yang dimaksud oleh Kyai Ma’ruf lalu untuk apa bersikap reaktif dan sensitif seolah mendapat tuduhan? Tidak mungkin Kyai Ma’ruf asal ngomong soal radikalisme yang telah muncul gejalanya sejak PAUD itu. Tentu ada dasar dan bukti-buktinya. Hal itu diketahuinya saat ia melakukan kunjungan ke berbagai daerah. Menurut beliau banyak sekolah yang masih menggunakan bahan ajar yang di dalamnya mengandung unsur radikalisme. Bahan ajar itu lolos hingga ke tangan anak-anak, bahkan tak jarang dijadikan sebagai bahan atau soal ujian.

Masih ingat kasus pawai di Probolinggo pada 19 Agustus 2019 yang lalu? Pada pawai karnaval anak-anak TK dan PAUD itu ada rombongan peserta pawai anak-anak menggunakan pakaian bercadar hitam dan membawa senjata mainan model AK 47. Padahal selama ini imej pasukan berpakaian hitam bercadar dan membawa senjata seperti itu adalah imej pasukan teroris ISIS. Bagaimana mungkin anak TK diajari untuk mengidentifikasikan diri mereka dengan pasukan teroris ISIS? Memapar anak dengan atribut cadar dan replika senjata yang biasa dilekatkan kepada kelompok radikal dalam kegiatan karnaval benar-benar sesuatu hal yang sangat disayangkan. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Siti Hikmawati, menuntut kepolisian mengusut lebih lanjut dan memberikan sanksi tegas kepada pihak sekolah yang dinilai telah memapar anak dengan atribut cadar dan replika senjata yang biasa dilekatkan kepada kelompok radikal dalam kegiatan karnaval tersebut.

Apa hal lain yang membuat Wapres cemas? Ternyata ditemukan beberapa jilid buku pelajaran siswa Taman Kanak-kanak (TK) berjudul Anak Islam Suka Membaca, mengajarkan radikalisme dan memuat kata-kata ‘jihad’, ‘bantai’, dan ‘bom’.

Dalam beberapa jilid buku Anak Islam Suka Membaca, menurut Sekretaris Jenderal GP Ansor, Adung Abdurrahman, terdapat setidaknya 32 kalimat yang bisa dipandang radikal. Misalnya, ‘sahid di medan jihad’ dan ‘selesai bantai raih kyai’. Buku tersebut pertama kali diterbitkan pada 1999 dan telah dicetak ulang sebanyak 167 kali. Edisi ke-167 dirilis pada 2015 dan diterbitkan oleh Pusaka Amanah di Solo, Jawa Tengah. GP Ansor yang menyelidiki hal ini mengatakan buku itu telah menjangkau anak-anak di seantero Indonesia, khususnya anak-anak yang belajar di TK Islam swasta.

”Buku ini karya Nurani Musta’in. Dia istri Ayip Syafruddin yang merupakan pimpinan kelompok Laskar Jihad di Solo,” kata Adung Abdurrahman. “Saya tidak bisa bayangkan apabila kata-kata ini diserap, dihayati oleh anak-anak usia TK. Kemudian 15 sampai 20 tahun ke depan, ada memori dalam alam bawah sadar dia tentang kata-kata itu. Membentuk pandangan yang keras, yang radikal, yang mengabsahkan kekerasan, bom, pembantaian terhadap kyai. Itu kan, dalam pandangan kami, sangat tidak boleh diajarkan pada anak-anak,”

Repotnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan waktu itu menyatakan bahwa pihaknya tidak bisa melakukan penarikan buku paket pelajaran TK yang mengandung muatan radikal karena buku-buku tersebut bukan buku resmi yang dikeluarkan pemerintah.

Apakah memang ada sekolah dasar yang cenderung radikal? Ternyata memang ada sekolah Islam yang cenderung mengajarkan radikalisme. Sekolah Dasar ini mengajarkan tentang konflik Israel dan Palestina yang tentu saja bukan merupakan kurikulum untuk anak SD.

Anya seorang anak berusia 9 tahun yang bersekolah di sana tiba-tiba mendatangi ayahnya dan menangis ketakutan dan bertanya apakah kalau Palestina diserang Israel mereka juga akan mati. Ternyata ajaran tentang konflik Israel dan Palestina yang diajarkan oleh gurunya ini begitu mencekam baginya. Di mana ini terjadi? Anya bersekolah di sebuah sekolah dasar Islam yang berjargon sebagai sekolah pencetak Hafizh Qur’an. Di situs resminya, sekolah ini mengklaim telah memiliki 80 cabang di belasan provinsi Indonesia.

Di sekolah Anya ini tidak ada upacara bendera, tidak  menyanyikan lagu Indonesia Raya dan tidak ada bendera Merah Putih. Sekolah Anya ini juga tetap masuk pada hari libur nasional yang berkaitan dengan hari perayaan agama lain di luar Islam.

Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Azyumardi Azra mengungkapkan paham radikal -yang menganggap pemahamannya paling benar- juga telah menyusup ke sekolah menengah melalui guru.

“Saya mengalami sendiri. Putri saya sekolah di sebuah sekolah yang bagus, elite, cukup mahal di Jakarta selatan. Ada satu atau dua gurunya yang kalau mengajar suka menyisipkan pesan-pesan ajaran salafi, yang berpikir hitam putih, atau mengajarkan paham-paham yang kelihatan proradikalisme untuk mengubah keadaan,” kata Azyumardi. “Cuma, saya tidak tahu berapa banyak murid yang bisa terpengaruh,” katanya.

Survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP), yang dipimpin oleh Prof Dr Bambang Pranowo, yang juga guru besar sosiologi Islam di UIN Jakarta, pada Oktober 2010 hingga Januari 2011, mengungkapkan hampir 50% pelajar setuju tindakan radikal.

Data itu menyebutkan 25% siswa dan 21% guru menyatakan Pancasila tidak relevan lagi. Sementara 84,8% siswa dan 76,2% guru setuju dengan penerapan Syariat Islam di Indonesia. Jumlah yang menyatakan setuju dengan kekerasan untuk solidaritas agama mencapai 52,3% siswa dan 14,2% membenarkan serangan bom. Survei ini menyimpulkan bahwa lebih 63% siswa sekolah menengah pertama dan menengah atas mau melibatkan diri dalam tindakan-tindakan untuk menyegel rumah ibadah umat agama-agama lain.

Di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, beberapa tahun lalu sebuah yayasan pendidikan pernah memecat 13 guru karena mengajarkan paham radikal, seperti dijelaskan Ketua Yayasan Assalamah Ungaran, Husein Abdullah.

“Memberikan pelajaran agama yang tidak sesuai syariat yang kami anut, mereka ini tidak sesuai dengan Syafi’i, mengajarkan tak boleh tahlil, ziarah kubur, ini bapak-bapak kamu kalau tahlil itu salah dalam tanda kutip sekarang orang berbicara dengan istilah wahabi itu, mereka tak mau upacara bendera hari Senin, tak mau menyanyikan Indonesia Raya, setelah mereka masuk itu tidak ada,” jelas Husein.

Apakah kita masih akan terus denial dan selalu membantah dengan menyatakan bahwa tidak ada bibit-bibit radikalisme yang ditanamkan oleh sekolah-sekolah tertentu?

Saya sungguh heran dengan apa yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno memaparkan hasil survei lembaganya menyimpulkan bahwa pertentangan antara agama dan negara itu sebetulnya telah selesai di Indonesia ini karena mayoritas masyarakat Indonesia termasuk golongan moderat 81,4% dan yang tidak moderat hanya 15,6%. Kalau yang tidak moderat ini diibaratkan kanker maka nyawa si penderita sudah diujung tanduk dengan keterpaparan 15,6% tersebut. Pertentangan antara agama dan negara masih terus berlangsung dan bahkan semakin tajam belakangan ini. Lha wong FPI dan HTI sampai sekarang masih terus memperjuangkan khilafah begitu kok dibilang pertentangannya sudah selesai? Sampai sekarang masih ada teman saya yang menyatakan bahwa dia ingin mati sebagai syuhada dengan berperang melawan kaum kafir. Entah kaum kafir mana yang mau diperanginya sampai dia mati syahid itu. Itu jelas-jelas pandangan radikalis yang mencemaskan jika ditularkan ke mana-mana. Akhirnya mereka akan mencari siapa saja yang bisa dianggapnya sebagai kaum kafir yang akan diperanginya sampai dia mati dan merasa syahid karenanya.

Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian (IIPB) dan salah satu dosen tamu di Rajaratnam School of International Studies Nanyang Technological University Singapura, Noor Huda Ismail, mengatakan para jihadi yang terafiliasi dengan paham radikalisme, pada dasarnya menggunakan dua hal untuk menyebarkan ajaran mereka, dakwah dan jihad, melalui pengajian-pengajian dan pondok pesantren. Dalam sebuah diskusi terorisme Noor Huda memaparkan bahwa setelah Bom Bali, ada sekitar 50 sekolah yang berafiliasi dengan Jemaah Islamiyah (JI) yang ada di Indonesia.

“Tapi sekarang jumlahnya bisa saja berlipat ganda karena sekarang kaderisasi mereka dimulai dari usia yang bahkan jauh lebih muda, bahkan di lingkungan tempat penitipan bayi. Ada tempat penitipan yang dikelola oleh ibu-ibu JI, jadi sosialisasi untuk menjadi sosok yang spesifik ini dimulai dari usia yang sangat dini,” ujar doktor lulusan Monash University yang juga alumni Pondok Pesantren Ngruki asuhan Abu Bakar Ba’asyir ini. Noor Huda menyatakan sosialisasi yang dilakukan kelompok ini terhadap anak-anak usia dini sangatlah halus, melalui dakwah dan doa. “Pelan-pelan lewat hafalan Al-Quran tapi jelas mereka tidak merayakan perbedaan. Misalnya mereka hanya bergaul dengan kelompoknya saja.”

Karenanya, menurut Noor Huda, pendekatan yang dilakukan terhadap kelompok radikalis harus diubah. Mereka harus menjadi agen perdamaian itu sendiri. “Dorong mereka untuk berbicara mengenai alasan mereka untuk hidup. Kenapa? Karena sebagian besar teroris yang pernah saya ajak ngobrol, mereka tak terlahir demikian.”

“Tak ada yang terlahir sebgai teroris. Ada proses menuju ke sana, dan seharusnya ada proses untuk meninggalkannya.”

Apa yang ingin dilakukan oleh Wapres Kyai Ma’ruf? “Kita ingin libatkan secara keseluruhan, terorganisasi, tersinergi, komprehensif, sehingga perkembangan radikalisme (dapat dicegah) dari hulu sampai ke hilir. Mulai pendidikan, bukan hanya SD, dari PAUD juga mulai ada gejala, dari TK tokoh-tokoh radikal itu sudah dikenalkan,” ujar Ma’ruf di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (15/11).

Hal lain yang tak kalah penting, lanjutnya, adalah membangun narasi kerukunan di antara kehidupan masyarakat. Ia mengingatkan agar masyarakat mengurangi narasi-narasi konflik maupun ujaran negatif seperti kafir dan sebagainya. Sebab, ucapan negatif semacam itu justru akan memicu konflik dan menimbulkan permusuhan.

Itulah sebabnya saya sangat bersyukur bahwa telah muncul sekolah-sekolah Islam yang memahami pentingnya merayakan perbedaan yang justru merupakan ajaran dan anjuran dalam Islam itu.

Alhamdulillah…! Puluhan siswa SD Islam Arrahman Perak Jombang dan SD Kristen Petra Jombang, menggelar acara pertemuan lintas iman di dalam Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jombang. Pertemuan digelar, demi menanamkan toleransi sejak usia dini. Dalam pertemuan yang digelar pada Selasa (5/11/2019) itu, mereka saling mengenal, saling sapa hingga saling bermain bersama. Para guru yang memandu acara ini berbicara soal agama-agama yang diakui di Indonesia dan bagaimana bentuk rumah ibadah dari agama masing-masing. Achil Rohmawati, guru SD Islam Arrahman Perak Jombang mengatakan, pihaknya memilih mengunjungi SD Kristen Petra karena di lingkungan sekolah terdapat gereja. “Dengan berkunjung langsung, anak-anak tidak hanya mengetahui dari buku. Anak-anak bisa melihat secara langsung bagaimana tempat ibadah agama-agama lain di Indonesia,” kata Achil.

Ini adalah program sekolah Islam yang paling saya tunggu-tunggu, yaitu penerapan Surat Al-Hujurat ayat 13 dalam Alquran.

Jadi saling kenal mengenal itu adalah perintah Tuhan pada umat Islam. Mengapa Islam menganjurkan umatnya agar saling mengenal? Agar timbul kedamaian dan perdamaian. Tatkala antar manusia atau antar suku dan bahkan antar negara tidak saling mengenal maka mereka akan saling mencurigai satu dan yang lainnya. Kecurigaan akan bisa meningkat menjadi konflik yang akan merugikan semua pihak. Tapi jika kita saling mengenal maka akan timbul rasa kasih sayang yang akhirnya akan saling memberikan manfaat antara satu dan yang lainnya.

Salut untuk SD Islam Ar-Rahman dan SD Petra Jombang yang telah memulainya.

Surabaya, 3 Desember 2019

Sumber :

https://nasional.republika.co.id/…aisyiyah-respons-tudingan-paud-…

https://www.bbc.com/..indonesia_ansor_buku_tk

https://www.tempo.co/abc/4505/radikalisme-berbalut-pendidikan…

https://nasional.tempo.co/read/1278217/survei-indonesia-..

https://www.cnnindonesia.com/..maruf-ingin-cegah-radikalisme..

https://www.bbc.com/..radikalisme_anakmuda_sekolah

 

Salam

Satria Dharma
https://satriadharma.com/

 

The post RADIKALISME SEJAK PAUD? appeared first on Satria Dharma.

PEMIMPIN REVOLUSIONER

$
0
0

Kita harus benar-benar sadar dan bersedia menerima kenyataan bahwa kita kini telah masuk ke Era Disrupsi. Era Manual di mana segalanya masih dikerjakan oleh tangan dan harus oleh manusia sudah berakhir. Pintu tol sudah benar-benar tidak butuh tangan manusia untuk proses pembayaran. Kalau kita ke luar negeri kita bahkan tidak perlu lagi menempelkan kartu tol karena kartu tolnya sudah terpasang di kaca depan mobil dan pintu tol bisa langsung membacanya dari jarak jauh tanpa perlu ditempel lagi. Jadi begitu mobil sampai di depan pintu tol dalam jarak sekian meter pintu tol akan membacanya dan membuka pintu mempersilakan mobil lewat. Jadi jangan lagi berpikir bahwa kalau kita punya teman yang punya bisnis jalan tol maka keponakan kita bisa kita titip pekerjakan sebagai petugas pintu tol. It’s over. No more job for that kind of thing.

 

Selain itu filosofi ‘alon-alon waton kelakon’ harus benar-benar kita tinggalkan. Lha wong permainan catur yang dulunya satu game bisa berjam-jam sekarang sudah ada jenis barunya, yaitu ‘lightning chess’ alias Catur Kilat yang hanya memberikan masing-masing waktu bagi pemainnya sebanyak 5 menit saja dalam satu partai.  Gendeng…! Saya sampai tidak bisa melihat bidak melangkah ke mana dan dimakan sama apa saking cepatnya mereka bergerak dan tiba-tiba skak-mat…! Matek…! Kita tidak bisa lagi berlambat-lambat kecuali kita benar-benar ingin tertinggal dan jadi negara besar yang miskin. Negara kecil miskin masih mudah untuk diatasi oleh dunia tapi negara besar miskin adalah benar-benar bencana bagi dunia. Bayangkan seandainya Negara China itu masih ‘sekaya’ Indonesia (yang jutaan warganya cari kerja jadi pembantu rumah tangga di negara-negara lain) maka TKI dan TKW akan setengah mati bersaing dengan ratusan juta warga China yang juga ingin bekerja jadi PRT di negara lain. Untunglah China sekarang sudah benar-benar kaya dan malah bisa memberi pekerjaan pada warga Indonesia.

Di era disrupsi (disruption), yang artinya ‘ketercabutan dari akar’,  masyarakat dunia telah menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata ke dunia maya. Terjadi perubahan fundamental atau mendasar pada kehidupan sehari-hari. Revolusi di bidang teknologi mengubah cara bekerja dan kehidupan manusia dengan perubahan yang sangat cepat. Ia mengubah total pola tatanan lama dalam waktu yang sangat singkat.  Perubahan pola dunia bisnis dan industri membuat persaingan kerja tidak lagi linear. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial masyarakat, hingga pendidikan. Disrupsi menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi yang jauh lebih inovatif dan tak dikenal sebelumnya. Era ini menuntut kita untuk berubah atau punah karena ditelan oleh perubahan sistem ini.

Jadi kita harus benar-benar menanamkan kesadaran atau mindset ini pada semua rakyat Indonesia. Wahai rakyat Indonesia, sadarlah bahwa dunia sudah benar-benar berubah. Kalau kalian tidak mau berubah maka kalian akan digilas oleh zaman yang tidak mengenal ewuh pekewuh ini.

 

Dalam era disrupsi ini jelas kita butuh seorang pemimpin yang mampu berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dan selaras dengan tuntutan zaman ini. Pemimpin era ini dituntut untuk cerdas dalam membuat suatu perubahan maupun inovasi yang mampu menjawab tantangan zaman. Kemampuan beradaptasi dan berpikir out of the box dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi  menjadi salah satu syarat untuk menghadapi perubahan yang sangat pesat.  Syukurlah kita memiliki Jokowi sebagai Presiden kita. (OK, beberapa di antara kalian memang masih susah move on dan masih terus membenci beliau. Itu masalah Anda yang serius yang butuh penanganan psikiater andal).

 

Apa sih ciri-ciri pemimpin revolusioner itu? Pertama, ia harus orang yang rendah hati meski memiliki prestasi yang menjulang. Ia tidak egosentris atau merasa pintar sendiri dan selalu mengedepankan kerja tim. Ia harus pemaaf dan tidak menyimpan dendam betapa pun orang-orang di sekitarnya menghina dan mencaci makinya. Kedua, ia harus berorientasi pada hasil dengan visi yang jelas. Ia memimpin dengan menggunakan kreatifitas dan inovasi yang dilandasi oleh kemampuan berpikir kritis. Ia harus berani keluar dari kungkungan cara berpikir dan bertindak yang rutin dan monoton. Pemimpin tipe ini selalu adaptif, sensitive, dinamis, dan flesibel sesuai dengan kebutuhan situasi yang berkembang.

 

Mari kita lihat seberapa revolusioner Presiden Jokowi ini (sila bandingkan dengan pemimpin sebelumnya).

Pertama, Presiden Jokowi jelas bukan orang yang mudah sakit hati dan kemudian memendam rasa tersebut dan menikmati kemenangan dengan membalasnya. Jelas tidak. Ada sih beberapa contoh orang yang gampang sakit hati dan tidak mudah memaafkan. Orang seperti ini benar-benar sudah lewat eranya. Coba lihat betapa dengan mudahnya beliau merangkul Prabowo dan menjadikannya sebagai Menhan. Saya tidak melihat satu pun pemimpin kita sebelum ini yang mampu berpikir, bersikap, dan bertindak begitu revolusioner seperti ini. Perseteruannya dengan Prabowo is nothing personal dan tindakannya mengangkat Prabowo sebagai pembantunya benar-benar out of the box dan sangat membantu berubahnya situasi konflik di masyarakat. Sekarang kita justru diminta untuk menuntut Prabowo untuk melakukan semua pemikiran briliannya di bidang pertahanan agar tidak ada lagi orang-orang yang meragukan kekuatan pertahanan bangsa kita. Bukankah beliau selama ini mengaku sebagai ‘lebih militer dari militer’ alias core of the core di bidang militer?

 

Kedua, belum reda kita dikejutkan oleh pengangkatan Prabowo kita dikejutkan kembali dengan diangkatnya Erick Tohir menjadi Mentri BUMN. Kementrian BUMN ini sangat, sangat strategis bagi kemajuan perekonomian bangsa dan selama ini kinerjanya adalah buruk. Bukannya membantu pemerintah dengan menyehatkan keuangan negara, eh sebagian besar BUMN ini (saat ini ada 118 perusahaan) justru menyusahkan dan menggrogoti keuangan negara. Sebagian dari BUMN ini merugi karena tidak efisien, para pejabatnya korup dan suka memanfaatkan harta dan fasilitas perusahaan untuk kepentingan pribadi mereka. Apa yang terjadi dengan penyelundupan motor Harley Davidson di Garuda kemarin adalah contoh nyata betapa tak bermoralnya para pimpinan BUMN memanfaatkan segala fasilitas perusahaan yang semestinya mereka kelola dengan penuh tanggung jawab dan kehati-hatian. Erick Tohir bertindak tegas dengan menurunkan Dirut Garuda. Ini adalah contoh pemimpin yang revolusioner yang dipilih oleh presiden yang revolusioner. Erick Tohir diharapkan agar dapat mendongkrak kinerja perusahaan BUMN yang memble, boros, tidak efisien, dan merugikan negara. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tujuh BUMN yang telah menerima Penyertaan Modal Negara namun kinerja keuangannya tetap merugi pada 2018. Pada era Rini Soemarno 25 BUMN mengalami kerugian 6,7 trilliun pada tahun 2016 dan pada 2017 kerugiannya 5,2 trilliun. Kerugian di 2018 belum diketahui. Tetapi memang ada penurunan kerugian selama ini. Saat ini jumlah BUMN yang merugi hanya 24 BUMN, jumlah itu 20 persen dari total 118 BUMN yang ada di Indonesia. Jumlah BUMN yang merugi pun lebih sedikit dibandingkan tahun 2013 di mana ada 30 BUMN yang merugi dengan total kerugian sebesar Rp 32,6 triliun. Sementara itu, pada 2017, Kementerian BUMN mencatat total kerugian yang dialami hanya Rp 5,2 triliun. Artinya, justru jumlah kerugian turun hingga enam kali lipat (84 persen). Kerugian masih terjadi pada tujuh BUMN, yaitu PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pertani, Perum Bulog, dan PT Krakatau Steel.

Saat ini kondisi utang BUMN atau Badan Usaha Milik Negara sudah mengkhawatirkan. Menurut data Bank Indonesia (BI) hingga triwulan I 2018, posisi utang BUMN non-lembaga keuangan saat ini mencapai US$ 47,11 miliar. Jumlah tersebut mengalami lonjakan signifikan sebesar US$ 7,1 miliar dalam dua tahun terakhir. Dengan kurs Rp 14.396 per dolar AS maka utang BUMN non lembaga keuangan telah mencapai Rp 677 triliun. Jika digabung dengan utang lembaga keuangan publik termasuk bank BUMN total nilainya mencapai US$ 325,92 miliar atau senilai Rp 4.682 triliun. Dan ini artinya utang tumbuh lebih cepat dibandingkan pendapatan. Dibutuhkan seorang pemimpin perusahan yang benar-benar ahli untuk bisa mengubah situasi ini. Erick Thohir sungguh tepat diletakkan di posisinya saat ini. Keberaniannya mengangkat Ahok sebagai Komut Pertamina juga menunjukkan keberaniannya untuk bertindak tepat meski mendapat banyak tentangan. Erick sama sekali tidak menunjukkan rasa takutnya dalam bersikap dan bertindak. Kita bisa berharap banyak dari Erick Thohir, Sang Pemimpin BUMN Millenial ini.

 

Selain mengangkat Erick Thohir, Presiden Jokowi kembali mengejutkan kita dengan mengangkat Nadiem Makarim sebagai Mendikbud dan bahkan memberikannya kewenangan lebih besar daripada mendikbud sebelumnya dengan mengembalikan Pendidikan Tinggi ke Kemdikbud. Apa yang dilakukan oleh Jokowi ini sungguh fenomenal, out of the box, luar biasa berani, dan sama sekali tidak terduga (kalau bisa diduga artinya gak ‘out of the box’ dong!). . Saya sampai melongo dan menahan napas saking kagumnya melihat keberanian Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai Mendikbud.  Dua jempol untuk Jokowi.

 

Bagaimana sosok Nadiem Makarim ini? Soal kemampuannya membuat tindakan-tindakan revolusioner tidak perlu diragukan. Apa yang telah dicapainya sebelum jadi mentri benar-benar fenomenal, luar biasa mengagumkan, dan tak terduga. Saat ini hari demi hari kita melihat betapa revolusionernya cara berpikir, sikap, kata-kata, dan tindakan Nadiem Makarim dalam mengerjakan tugasnya.  Saya yang mengira diri saya berani bersikap out of the box saja terkesima melihat betapa ‘berani’nya Nadiem bersikap begitu kasual pada pelantikan Rektor UI yang baru kemarin. Dia benar-benar percaya diri dan tidak mau larut dalam tatacara yang ada jika dianggapnya tidak benar-benar dibutuhkan. Apa sih perlu dan urgennya memakai jas dan dasi dalam upacara pelantikan tersebut? Kepantasan? Jika Anda berpikir demikian maka jelas Anda masih berpikir dalam lingkup emosional dan bukan cara berpikir millennial.

 

Apa lagi kejutan yang diberikan oleh Jokowi pada kita? Saya sungguh terharu dan terkagum-kagum pada pengangkatan tujuh staf khusus Presiden yang berasal dari anak-anak muda yang milenial. Tentu saja semua staf khusus Presiden, yang 14 orang jumlahnya itu, adalah orang-orang yang memiliki reputasi dan kapasitas yang sangat tinggi di bidang masing-masing. Mereka adalah anak-anak muda hebat yang telah terbukti mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, mampu berpikir out of the box, dan berdampak positif pada lingkungan di mana mereka bekerja sebelum ini. Salah satunya Angkie Yudistia, adalah anak muda penyandang disabilitas. Baru kali ini penyandang disabilitas mendapat kepercayaan yang begitu tinggi untuk menjadi staf khusus presiden.

Meski hanya 14 orang tapi saya berani bertaruh bahwa kinerja mereka tidak akan kalah dengan TGUPP-nya Gubernur DKI Jakarta yang berjumlah 73 orang dan kebanyakan merupakan tim sukses Gubernur DKI Anies Baswedan pada Pilkada DKI 2017. Stafsus Presiden 14 orang mengurusi seluruh Indonesia dibandingkan dengan 73 Stafsus Gubernur DKI yang hanya mengurusi Kota Jakarta dengan anggaran sebesar Rp 19,8 miliar dalam rancangan KUA-PPAS 2020. Silakan nanti dibandingkan kinerjanya.

 

Itulah sebabnya surat kabar asal Singapura The Straits Times memberikan gelar kepada Presiden Joko Widodo sebagai Pemimpin Terbaik di Asia tahun 2019. Media ini menganggap Jokowi sebagai tokoh pemersatu di tengah kondisi Indonesia yang sedang dalam kondisi tidak stabil.

“Kepribadiannya yang membumi dan kemampuan dalam berhubungan dengan banyak orang serta berempati kepada rakyat jelata mampu menarik perhatian masyarakat di dalam negeri,” kata editorial Straits Times seperti dikutip pada Kamis, 5 Desember 2019. “Adalah Jokowi yang pertama kali memperkenalkan konsep kerja sama berdasarkan prinsip-prinsip utama, termasuk keterbukaan, inklusivitas, dan sentralitas ASEAN pada KTT Asia Timur di Singapura, November tahun lalu,” tulis Straits Times.

Surabaya, 6 Desember 2019

 

Sumber :

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/11/29/berapa-jumlah-perusahaan-bumn

https://bisnis.tempo.co/read/870553/25-bumn-rugi-rp-3-triliun-awal-2017/full&view=ok

https://www.kompasiana.com/nadbas_679/5b570e6bcaf7db7fc7704052/benarkah-bumn-kita-terus-merugi?page=all

https://nasional.tempo.co/read/1280244/straits-times-pilih-jokowi-sebagai-pemimpin-terbaik-se-asia-2019/full&view=ok

 

 

Salam

Satria Dharma
https://satriadharma.com/

 

The post PEMIMPIN REVOLUSIONER appeared first on Satria Dharma.


TANPA UN MENGAPA CEMAS?

$
0
0

Mengapa ada orang yang cemas jika UN dihapuskan? Apa sih yang paling dikuatirkan jika UN dihapus? Mutu pendidikan dikuatirkan akan turun kalau UN dihapus? Lha kekuatiran itu datangnya dari mana? Apakah Anda sudah melihat data dan fakta yang terbentang sepanjang dilaksanakannya UN selama belasan tahun ini?

Ujian Nasional telah dilaksanakan belasan tahun dengan biaya yang luar biasa besarnya dan dengan mengorbankan moral dunia pendidikan hancur-hancuran. Toh mutu pendidikan kita juga merosot terus. Jadi bolehkan saya simpulkan bahwa adanya UN justru membuat mutu pendidikan kita merosot? Ini memang sudah diteliti. Sebuah studi dari Stanford University’s Institute for Research on Education Policy and Practice mengungkapkan bahwa kebijakan UN ternyata lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Baca https://satriadharma.com/2009/12/26/tanya-jawab-tentang-ujian-nasional/

Semestinya Ujian Nasional itu dijadikan sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja pemerintah (dalam hal ini Kemendikbud dan dinas pendidikan) dalam menyelenggarakan pendidikan. Jadi bukan untuk mengukur kinerja siswa utamanya. Siswa itu kan hanya menerima pelayanan pendidikan dan bukan pelaku yang menentukan kualitas pelayanan pendidikan itu sendiri. Lantas kenapa siswa yang harus menerima resiko dan hukumannya jika pelayanan pendidikan di daerah atau sekolahnya buruk? Kenapa bukan Dinas Pendidikannya yang dicopot jabatannya lebih dahulu? Mereka sesungguhnya pantas untuk menerima resiko dari buruknya pelayanan pendidikan kita ketimbang siswanya yang tidak tahu harus berbuat apa agar bisa mengejar ketertinggalan dengan siswa Jakarta atau Jogyakarta, umpamanya.

Mari kita melihat sejarah…

 

Dulu mahasiswa perguruan tinggi swasta (PTS) diwajibkan untuk ikut Ujian Negara agar bisa menjadi sarjana atau sarjana muda. Tanpa Ujian Negara ya tidak bisa jadi sarjana. Katanya ini untuk menjaga mutu sarjana lulusan PTS. Tapi pada tahun 2001 turun Surat Keputusan (SK) Mendiknas No. 184/U/2001 yang mengakhiri  era ujian negara. Pada saat itu dari hampir 2000 perguruan tinggi yang berkiprah di Indonesia tersebut ternyata hanya empat yang masuk dalam daftar “The Best Universities in Asia 2000”; itu pun urutannya ada di ranking bawah. Keempat perguruan tinggi yang dimaksud adalah UI Jakarta, UGM Yogyakarta, Undip Semarang dan Unair Surabaya. Tidak satu pun PTS (Indonesia) ada didalamnya.

 

Setelah turunnya SK penghapusan Ujian Negara bagi PTS maka semua PTS mengadakan ujian sarjananya masing-masing. Bagaimana standarnya? Ya bikin saja standar sendiri-sendiri. Lho..?! Lantas bagaimana dengan mutu sarjana yang dihasilkan jika tidak ada standar yang ditetapkan dan setiap PTS bisa membuat ujian sarjananya sendiri-sendiri? Ya itu tantangannya. Setiap PTS diminta untuk bisa mempertanggungjawabkan sendiri mutu lulusan masing-masing. Siapa yang bekerja sungguh-sungguh mengejar mutu akan tampak dari lulusannya dan siapa yang asal-asalan juga akan tampak dari alumni yang mereka hasilkan. Toh ada lembaga akreditasi yang akan menjaga mutu dari setiap perti yang beroperasi di Indonesia. Biar pun PTN kalau kinerjanya memble ya akreditasinya akan memble juga. Walau pun PTS tapi kalau serius maka akreditasinya akan mengungguli PTN yang memble. Semuanya akan bisa dinilai oleh masyarakat sebagai pengguna lulusan yang dihasilkan oleh setiap Perti.

 

Apa yang terjadi kemudian? Ternyata tidak terjadi kemerosotan mutu seperti yang semulai dikuatirkan jika Ujian Negara dihapuskan. Tidak peduli PTN atau PTS siapa pun yang bekerja dengan sungguh-sungguh akan memperoleh pengakuan mutu yang tinggi dan begitu juga sebaliknya. Dalam kurun 4 tahun terakhir perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia mengalami peningkatan mutu yang pesat. Diharapkan nantinya PTS Indonesia mampu menembus peringkat universitas 500 besar dunia.

 

Pada 2017, berdasarkan data Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Ristek Dikti), jumlah unit perguruan tinggi yang terdaftar mencapai 4.504 unit. Angka ini didominasi oleh perguruan tinggi swasta (PTS) yang mencapai 3.136 unit dan perguruan tinggi negeri (PTN) 122 unit. Sisanya adalah perguruan tinggi agama dan perguruan tinggi di bawah kementerian atau lembaga negara dengan sistem kedinasan. Rencananya dari total sekitar 3500 PTN/PTS, nantinya akan dikerucutkan menjadi 2500 Perguruan Tinggi saja. Hal tersebut disampaikan  Menristekdikti saat membuka Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) yang diselenggarakan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III (LLDIKTI Wilayah III) di Jakarta (12/2/19). Saat ini sudah ada 96 perguruan tinggi di Indonesia yang telah meraih akreditasi A. Berdasarkan data resmi BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) terdapat setidaknya 2.288 perguruan tinggi (PT) telah mendapat akreditasi A hingga C. Sembilan (9) Perti Indonesia bahkan masuk daftar ranking dunia.

 

Jadi seperti yang kita lihat dan alami sendiri, ternyata tanpa Ujian Negara pun mutu pendidikan tinggi kita tidaklah merosot seperti yang dikuatirkan. Justru sebaliknya mutu PTS semakin meningkat dan PTN tertantang untuk tidak berada di bawah PTS mutunya.

 

Jadi apa sebenarnya yang kita kuatirkan jika UN kita hapuskan? Pengalaman kita menghapuskan Ujian Negara semestinya membuat kita belajar bahwa tidak ada yang perlu dikuatirkan. Kita ini terlalu paranoid atas sesuatu yang sebetulnya hanya bayang-bayang kita sendiri. Begitu banyak yang sudah kita korbankan untuk sesuatu yang mudharatnya jauh lebih besar ketimbang manfaatnya. Bayangkan jika dana untuk UN (baik yang dikeluarkan oleh Pusat mau pun oleh daerah dan juga orang tua) jika gunakan untuk meningkatkan fasilitas belajar dan gaji guru. Insya Allah mutu pendidikan anak-anak kita akan lebih meningkat ketimbang dengan adanya UN.

 

Surabaya, 7 Desember 2019

Satria Dharma

Penentang UN sejak dulu.

Sumber:

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/05/05/berapa-jumlah-perguruan-tinggi-di-indonesia

https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/24/07522291/data-terkini-ini-dia-96-perguruan-tinggi-peraih-akreditasi-a-nasional?page=all

 

 

Salam

Satria Dharma
https://satriadharma.com/

 

The post TANPA UN MENGAPA CEMAS? appeared first on Satria Dharma.

PAHLAWAN AIR : MENJARING AIR DARI LANGIT

$
0
0

” Ketika mengunjungi komunitas kecil yang terisolasi di dataran tinggi di wilayah Timur Laut Ethiopia, saya menyaksikan kenyataan dramatis ini: kurangnya air minum. Penduduk desa hidup di lingkungan alam yang indah tetapi seringkali tanpa air, listrik, toilet. Untuk membantu memperbaiki situasi drastis ini, saya menjadikannya sebagai misi kami untuk menemukan solusi dan membantu orang-orang ini ” Arturo Vittori

Arturo Vittori, seorang arsitek Italia melakukan perjalanan pertama kalinya ke Ethiopia pada tahun 2012. Ethiopia saat itu benar-benar sebuah dunia yang baru baginya.
Pada suatu hari ia melihat seorang wanita Ethiopia berjuang setengah mati untuk membawa air dalam gentong yang besar dan berat ke desanya. Ia merasa sangat ingin membantunya, tetapi ia menyerah melihat ukuran dan berat gentong air yang dibawa wanita itu. Bahkan dia yang laki-laki akan sangat kesulitan untuk mengangkatnya. Dia terkejut dengan kemampuan wanita Ethiopia itu untuk membawa wadah air yang begitu besar dan berat sepanjang beberapa mil kembali ke desanya.

Mendapatkan air untuk minum sungguh merupakan perjuangan berat bagi warga Ethiopia setiap harinya. Meski faktanya banyak sumber air alami sering terkontaminasi oleh parasit dan kotoran manusia dan hewan tapi mereka tak punya pilihan. Air adalah kebutuhan mutlak dan warga sering tidak punya pilihan selain melakukan perjalanan jauh untuk mengambil air untuk keluarga mereka. Para penduduk asli bahkan tidak menyadari bahwa bakteri dalam air yang terkontaminasi dapat membuat mereka sakit. Penyakit menular juga bisa mewabah melalui air di antara masyarakat Ethiopia. Dan ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak kecil. Selama beberapa hari berikutnya, Vittori tersiksa nuraninya melihat fakta banyaknya wanita mengangkat gentong-gentong besar ini. Apa yang dilihatnya terlalu berat untuk ia tanggungkan dan ini membuatnya tergerak untuk melakukan sesuatu.

Melihat kondisi kehidupan yang begitu menyedihkan dengan matanya sendiri membuat Vittori terlecut untuk membantu mereka. Dia terus memikirkan cara untuk membantu mereka agar air bersih lebih mudah diakses tanpa harus diangkut dengan susah payah. Dengan demikian para ibu bisa mengurus rumah mereka, anak-anak bisa mendapatkan pendidikan, dan juga tanpa mengganggu pemandangan alam. Sebagai seorang arsitek ini membuatnya tertantang. Ia ingin membuat sebuah proyek yang benar-benar berbeda: lingkungannya berbeda, teknologinya berbeda, infrastruktur berbeda. Ia ingin membuat sebuah alat yang mampu menghasilkan air dari kondensasi udara. Intinya ia ingin menjaring air dari udara. Jika ia berhasil maka ini akan menjawab permasalahan besar dunia, khususnya mereka yang tinggal di daerah yang sangat kekurangan air. Mengapa Arturo Vittori tidak menggunakan metode lain untuk mendapatkan air seperti pengeboran sumur yang lebih mudah? Pengeboran sumur air mungkin efektif, tetapi juga bisa mahal dan berbahaya bagi lingkungan. Pengeboran dan pengurasan sumber air dalam tanah bisa membahayakan lingkungan. Perlu ada metoda baru untuk mengganti metode berbahaya dalam menahan air dengan penemuan yang lebih alami dan berkelanjutan. Yang terutama adalah mengatasi masalah krisis air dan kehidupan orang-orang yang terkena dampak kekurangan air dan kontaminasi dapat diselamatkan.

Tiga tahun lamanya ia dan timnya merancang sebuah alat untuk menyediakan air melalui tiga metode: air hujan, pemanenan kabut, dan kondensasi embun yang kemudian ia beri nama Warka Water yang berbentuk seperti menara yang berhasil diimplementasikan di Ethiopia.

Menara ini dirancang untuk mengumpulkan air dari udara dan kabut, tetapi terutama dari air hujan. Ketika hujan, jaring permeabel di dalam struktur bambu, memungkinkan udara untuk melewatinya, terkondensasi, dan menjadi tetesan air. Pengumpulnya adalah sebuah tabung besar berbentuk corong yang diletakkan di bawah jala dan menyimpan tetesan air saat menetes. Corong yang lebih kecil menyaring air dari kolektor ke tangki air 800 galon. Menara ini diperkirakan akan dapat menjaring air sebanyak 50 hingga 100 liter per hari. Sungguh luar biasa penemuan ini…! 👍😊

Menara Air Warka ini sama sekali tidak membutuhkan aliran listrik untuk menjaring air dari udara. Udara selalu mengandung uap air dalam jumlah tertentu, terlepas dari suhu lingkungan setempat dan kondisi kelembaban. Ini memungkinkan untuk menghasilkan air dari udara hampir di mana saja di dunia. Lokasi dengan tingkat kabut atau kelembaban yang tinggi adalah tempat terbaik untuk memasang Menara Warka. Kapasitas pemanenan air sangat tergantung pada kondisi meteorologi dan tujuannya adalah untuk mendistribusikan 40 hingga 80 liter (10 hingga 20 galon) air minum setiap hari untuk penggunaan masyarakat.

Menara Air Warka dibangun terutama dengan bahan-bahan alami dan bisa terurai seperti bambu, rami dan bio-plastik. Mereka dirancang untuk ramah lingkungan dengan tidak menyebabkan polusi atau kerusakan pada tanah tempat mereka dibangun. Tim Air Warka berharap menara juga dapat memberi manfaat bagi lingkungan dengan menyediakan air untuk irigasi, reboisasi dan regenerasi ekosistem.

Menara ini terdiri dari beberapa bagian utama. Desain terbaru, Warka Water 3.2, tingginya 31 kaki dan beratnya 176 pon. Rangka segitiga menara, terbuat dari elemen bambu, dapat dengan mudah diangkut dan diperbaiki dengan tali rami. Di sekitar menara, ada delapan titik fiksasi yang menempelkan tali pada menara, sehingga lebih memberikan stabilitas. Semua tali dibuat secara lokal dengan serat alami dari daun pohon pisang. Bagian terakhir menara adalah kanopi yang memberikan keteduhan dan memungkinkan menara untuk berfungsi sebagai tempat berkumpul, seperti pohon Warka.

Dengan tenaga delapan orang menara ini dapat dengan mudah dibangun dalam sepuluh hari, tanpa menggunakan alat mekanis atau pun perancah. Sangat mudah bagi penduduk setempat untuk membangun menara mereka sendiri setelah menerima instruksi yang dibutuhkan. Penduduk setempat di setiap komunitas dapat dilatih untuk membangun menara di desa-desa sekitarnya, sehingga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi lokal. Dengan demikian penemuan ini tidak hanya untuk menyediakan air bersih, tetapi juga untuk meningkatkan kehidupan orang-orang Ethiopia dengan menciptakan peluang untuk tumbuh dan berkembang. Harapan Vittori dan tim untuk masa depan Warka Water adalah untuk dapat memproduksi menara secara massal sehingga dapat diimplementasikan di komunitas pedesaan di seluruh dunia. Potensi pengembangan lain di masa depan menara Air Warka mungkin adalah dengan memasukkan titik koneksi Internet yang akan membantu menghubungkan komunitas dengan informasi dari luar. Selain di Ethiopia, saat ini proyek ini telah berjalan juga di Kamerun, Haiti, dan Togo.

Penemuan seperti Menara Air Warka ini menimbulkan harapan besar dunia untuk membantu mengakhiri krisis air di seluruh dunia. Mari kita sambut penemuan besar ini dengan berterima kasih pada para penemu dan menyampaikan rasa syukur pada Tuhan. 🙏😊

Surabaya, 8 Desember 2019

The post PAHLAWAN AIR : MENJARING AIR DARI LANGIT appeared first on Satria Dharma.

UJIAN NASIONAL : NADIEM VS JUSUF KALLA

$
0
0
Mendikbud Nadiem Makarim. Foto: CNN

Mendikbud Nadiem Makarim. Foto: CNN

Jusuf Kalla kembali bersuara fals ketika Nadiem ingin menghapus UN dan menggantinya dengan bentuk asesmen yang lebih rasional. Jusuf Kalla ini memang pendukung UN paling militan sejak beliau masih menjabat sebagai Wakil Presidennya SBY. Beliau mengeluarkan berbagai argumen mengapa UN harus tetap dijalankan meski argumen-argumennya jelas berdasarkan asumsi yang tidak memiliki landasan akademik dan hasil riset sama sekali. Argumennya hantam kromo dan menggelikan. Saya bahkan sudah menulis betapa konyolnya asumsi-asumsi JK ini dalam UN. Jika mau baca sila buka Jusuf Kalla dan Unasnya

Dulu beliau beranggapan bahwa Ujian Nasional dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Benarkah UN bisa meningkatkan kualitas pendidikan? Tidak ada studi yang mendukung pendapat tersebut. Jadi pendapat JK itu sekedar pendapat pribadi yang sama sekali tidak punya dasar. Itu jelas-jelas cuma asumsi karena JK juga tidak pernah menyampaikan hasil studi mana pun. Studi yang ada justru menunjukkan sebaliknya. Faktanya adalah meski pun hasil nilai UN siswa kita semakin baik ternyata di tes PISA malah ndlosor. Mau bilang apa lagi…?!

Dulu JK berpendapat bahwa UN merupakan sarana untuk membuat seluruh siswa di Indonesia sama pintarnya, karena memakai satu standar. “Siswa di Kendari, Ternate, maupun di mana saja di seluruh pelosok negeri di-set pengetahuannya sama dengan siswa di Jakarta maupun kota besar lainnya,” ujarnya.

Saya sampai melongo membaca betapa ngawurnya JK dengan pendapatnya ini. UN kan hanya alat untuk mengukur pencapaian materi pembelajaran pada siswa dan bukan alat untuk meningkatkan mutu pendidikan. UN itu HANYA EVALUASI dan BUKAN PROSES PEMBELAJARAN. Bukan ujian yang membuat kualitas pendidikan meningkat tapi pelayanan pendidikan yang berkualitas yang bisa membuat kualitas pendidikan meningkat. Ujian yang standar tidak akan membuat pengetahuan siswa menjadi sama atau standar pengetahuannya. Tidak mungkin input dan proses yang berbeda tiba-tiba menjadi sama outputnya hanya karena diuji dengan pengukuran yang sama. Juga tidak ada bukti bahwa setelah mendapat UN maka anak-anak daerah BISA BERSAING dengan anak-anak P. Jawa. Menyatakan bahwa dengan mengikuti UN akan bisa membuat anak-anak daerah bisa bersaing dengan anak-anak di P. Jawa sama sekali tidak ada logikanya. Belum pernah ada penelitian semacam itu karena menggunakan logika yang salah. Ujian Nasional hanyalah alat ukur dan bukan obat atau solusi untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal itu sama saja artinya dengan menyatakan bahwa sejak digunakannya termometer maka penyakit demam berdarah bisa dikurangi, atau lebih ekstrim lagi dengan menyatakan ‘Sejak digunakannya termometer ini untuk mengukur panas anak-anak di Papua maka alhamdulillah kesehatan anak-anak Papua sudah sama baiknya dengan anak-anak P. Jawa!’ Tentu saja itu konyol. Jika anak-anak di daerah ingin bisa bersaing dengan anak-anak di P. Jawa maka KUALITAS PENDIDIKANNYA yang harus ditingkatkan (bukan standar ujiannya).

 

Jusuf Kalla kali ini kembali menggugat bahwa tidak adanya UN akan membuat siswa menjadi lembek dan telah dijawab oleh Nadiem dalam berita ini

Sekarang mari kita uji apakah pernyataan JK bahwa tiadanya UN akan membuat siswa menjadi lembek? Tentu saja pernyataan ini hanyalah asumsi pribadi yang sama sekali tidak berdasar dan menunjukkan keawaman JK dalam hal evaluasi pendidikan. Tidak pernah ada satu pun penelitian di dunia ini yang pernah menyimpulkan bahwa sebuah ujian yang bersifat nasional akan membuat siswa menjadi tangguh. Tangguh dalam hal apa dan dengan cara apa? Lalu darimana JK mendapatkan asumsi ngawur itu? Bukankah kita selama ini telah melakukan UN setiap tahun? Lalu apakah dengan demikian maka siswa-siswa kita menjadi semakin tangguh berkat UN tersebut? Yang jelas moral pendidikan bangsa kita menjadi hancur karena hampir semua sekolah dan daerah mengakali dan mencurangi UN secara massif. Yang jujur malah hancur nilainya. Sila baca UN: Pembangkangan lawan Pembangkangan/

Lalu darimana logika yang menyatakan bahwa tidak ada UN membuat siswa lembek?
Jika asumsi JK benar bahwa UN akan benar-benar membuat siswa menjadi tangguh maka mengapa kita tidak mengadakan Ujian Nasional sepuluh kali dalam setahun agar siswa kita menjadi 10X lipat tangguhnya? Mari kita adakan UN setiap bulan agar siswa kita semakin hari semakin tangguh dan semua bisa menjadi bonek. Yok opo? Gelem tah…?! 😂

Peningkatan mutu pendidikan terletak bukan pada ujian atau evaluasinya, melainkan pada banyak sekali aspek lain yang harus digarap secara telaten dan dalam jangka panjang, baik aspek-aspek yang terkait langsung dengan pendidikan ataupun dengan kehidupan bangsa kita secara lebih luas. Selama kualitas pendidikan dan pelatihan guru buruk, gaji guru kecil, sarana pendidikan miskin, buku bacaan bagi siswa tak ada, manajemen sekolah amburadul, kurikulum tak tepat guna, korupsi merajalela-sehingga dunia pendidikan pun korup, buku teks masuk sekolah lewat jalan menyuap, sekolah cukup memberi pelicin untuk dapat akreditasi baik, dan lulusan sekolah tak merasa perlu berkualitas karena toh dengan nyogok bisa sukses juga dalam hidup-dan masih amat banyak lagi faktor, UN tak akan ada manfaatnya dan justru malah merugikan. Ada banyak riset yang sudah membuktikannya. Riset dari National Academy of Sciences di Amerika menunjukan bahwa tes standar yang ‘high-stakes’ macam UN menyebabkan kerugian baik pada siswa maupun pada pendidikan itu sendiri. Hal ini mendorong mereka meninggalkan pembelajaran dan beralih kepada latihan soal. Hal ini menyebabkan kurikulum sekolah menjadi terkorupsi dan pembelajaran menjadi tidak penting sehingga merugikan siswa dan pendidikan itu sendiri. The Dangerous Consequences of High-Stakes Standardized Testing

Jadi saya sepakat pada Nadiem agar tidak usah mendengarkan protes fals JK tersebut. Toh beliau sudah bukan lagi wapres sehingga bisa memaksakan pendapatnya sebagaimana ia melakukannya selama ini pada mentri pendidikan sebelum ini.

Surabaya, 12 Desember 2019

 

The post UJIAN NASIONAL : NADIEM VS JUSUF KALLA appeared first on Satria Dharma.

APA PISA ITU?

$
0
0

PISA (Programme for International Students Assessment) atau Program Penilaian Siswa Internasional adalah sebuah studi yang dilakukan untuk menghasilkan data tentang kebijakan pendidikan dan hasilnya di seluruh negara. Tes ini diprakarsai oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), sebuah organisasi ekonomi antar pemerintah dengan 36 negara anggota, yang dimulai pada tahun 2000. OECD melakukan tes yang mengevaluasi anak berusia 15 tahun di negara-negara anggota dan non-anggota untuk menilai kualitas dan inklusivitas sistem sekolah di negara-negara yang ikut. Tes PISA diadakan setiap tiga tahun dan tes berikutnya akan diadakan pada 2021. Hasil tes PISA 2018 baru saja dikeluarkan dan ternyata hasil siswa kita lebih buruk daripada tahun-tahun sebelumnya.

SIAPA YANG MENGUJI?

Tes ini dirancang oleh para pakar pendidikan dari seluruh dunia. Hingga saat ini, para ahli dari lebih dari delapan puluh negara telah berkontribusi dalam menyusun pertanyaan tes, kebanyakan dari negara-negara yang telah berpartisipasi dalam tes.

APA YANG DIBUTUHKAN OLEH TES INI?
Tidak seperti tes dan ujian konvensional, tes PISA tidak menilai siswa berdasarkan kemampuan mereka mengingat data dan fakta. Tes PISA mencoba untuk mengevaluasi bagaimana siswa dapat menerapkan pengetahuan yang telah mereka peroleh melalui pendidikan dasar dan menengah. Jadi yang diuji adalah aplikasinya. Ada tiga kemampuan aplikatif yang diuji, yaitu : Membaca, Matematika, dan Sains. Sejak 2015 tes ini juga mencakup bagian opsional pada mata pelajaran yang inovatif seperti pemecahan masalah kolaboratif dan literasi keuangan. Tes PISA ini menguji apakah siswa dapat memecahkan masalah matematika atau menjelaskan fenomena melalui pemikiran ilmiah atau interpretasi teks. Tes diambil dalam bahasa pengantar yang akrab dengan siswa. Jadi di Indonesia juga menggunakan bahasa Indonesia.

NEGARA MANA SAJA YANG IKUT?

Tidak ada aturan yang mewajibkan siapa dan negara mana saja yang dapat mendaftar untuk mengikuti tes dan siapa yang tidak. Kepesertaan tes PISA ini sukarela. Negara-negara secara sukarela mengikuti tes dan boleh berhenti dan ikut kapan saja. Sebagai contoh, negara India ikut dalam Tes PISA 2009 dan tidak ikut lagi setelahnya. India merencanakan untuk ikut lagi pada PISA 2021 nanti dan telah mempersiapkan dua daerahnya untuk ikut tes PISA 2021 nanti.

Dalam sebuah negara seringkali tidak mungkin mengikutkan semua anak berusia 15 tahun untuk ikut tes ini. Dalam hal ini sebuah negara bisa melakukan tes secara terbatas atau mengikutkan daerah tertentu saja tanpa harus mengikutkan semua daerah (jadi mungkin Indonesia bisa hanya mendaftarkan siswa DKI Jakarta dan DIY Jogya saja agar hasil nilai tes PISA-nya terdongkrak.) 😀 Di wilayah yang telah ditetapkan tersebut, masing-masing sekolah yang disetujui oleh dewan pengurus PISA akan dievaluasi menggunakan kriteria yang ketat. Sekolah-sekolah ini nantinya akan dianggap mewakili sistem pendidikan negara tersebut.

APA TUJUAN DARI TES INI?

Tujuan dari tes ini sebenarnya bukan untuk membuat peringkat negara-negara yang secara sukarela berpartisipasi dalam evaluasi ini. Tes ini bertujuan untuk memberikan analisis yang komprehensif tentang bagaimana sistem pendidikan mampu mempersiapkan siswanya untuk masuk ke pendidikan tinggi dan kemudian untuk memdapatkan pekerjaan. Setelah mengumpulkan hasil dari seluruh dunia, para ahli menerjemahkan hasil ini menjadi poin data yang bisa dievaluasi untuk menilai negara. Jika skor suatu negara baik, itu menunjukkan bahwa tidak hanya negara tersebut memiliki sistem pendidikan yang efektif tetapi juga inklusif, di mana siswa dari latar belakang istimewa dan kurang mampu berkinerja sama baiknya. Selanjutnya, tes ini mengevaluasi apakah sistem pendidikan di negara-negara ini mengajarkan siswa keterampilan sosial dan masyarakat yang memadai, yang akan memungkinkan siswa untuk unggul secara holistik sebagai tenaga kerja. OECD juga berharap bahwa tes ini akan memungkinkan negara-negara untuk belajar satu sama lain tentang kebijakan pendidikan yang efektif dan meningkatkan sistem mereka sendiri, menggunakan yang lain sebagai contoh.

APA DAMPAK PISA?

Di dunia di mana internet telah menjadi sumber belajar, pergeseran menuju sistem pendidikan berbasis kompetensi menjadi sangat penting. Orang tidak lagi dihargai berdasarkan pemanfaatan pengetahuannya belaka. Sulit untuk memberikan pendidikan berbasis kompetensi di ruang kelas karena pendidikan berbasis kompetensi itu membutuhkan pola belajar dan mengajar yang sangat berbeda. PISA akan membantu negara anggotanya memahami berbagai cara belajar dan mendukung reformasi atau perubahan pendidikan yang mungkin sulit dilakukan.

Semoga menambah pengetahuan Anda ttg apa itu Tes PISA. 🙏😊

 

The post APA PISA ITU? appeared first on Satria Dharma.

TEACHING TO THE TEST

$
0
0
Ilustrasi. gambar: https://www.mlive.com/

Ilustrasi. gambar: https://www.mlive.com/

Teaching to the test atau Mengajar untuk Menghadapi Tes adalah istilah untuk praktek pengajaran atau pendidikan yang kurikulumnya sangat terfokus pada persiapan siswa untuk mengikuti ujian standar. Itulah yang terjadi pada dunia pendidikan kita selama belasan tahun ini dengan adanya kewajiban mengikuti UN. Para guru bahasa Inggris tidak lagi mengajarkan ketrampilan berbahasa seperti Listening, Speaking, Reading, dan Writing tapi fokus pada mengajarkan siswanya agar bisa menjawab soal-soal UN Bahasa Inggris. Siswa tidak dilatih agar mampu menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai bekal kehidupan mereka kelak tapi dilatih untuk bisa menjawab soal-soal UN. Begitu juga dengan bidang studi lain.

Jadi jelas bahwa adanya UN itu memaksa guru untuk membatasi kurikulumnya pada pengetahuan atau keterampilan untuk meningkatkan kinerja siswa menghadapi ujian yang harus mereka ikuti. Ini menghasilkan fokus pembelajaran pada pengulangan keterampilan sederhana mengenali dan menjawab soal (“drill and kill”) dan membatasi kemampuan guru untuk fokus pada pemahaman holistik tentang materi pelajaran. Dengan ujian berisiko tinggi (highstake tests) yang harus dihadapi siswanya guru jelas dipaksa untuk mengajar menjawab soal tes daripada ketrampilan berbahasa kepada siswa mereka. Mengajar untuk tes membuat siswa belajar tanpa hasrat dan makna dari kurikulum yang sudah dipreteli. Siswa yang hanya diajarkan untuk ujian akan gagal mencapai pemahaman yang melekat dalam ingatan dan benar-benar komprehensif tentang materi pelajaran. Biasanya setelah mengikuti UN mereka akan melupakan semua persiapan mereka sebelumnya. Bahkan jika siswa mendapat nilai tinggi pada tes belum tentu siswa benar-benar memahami konsep-konsep kunci materi tersebut. Lebih sering siswa hanya menghafal kunci jawaban sambil mengabaikan pentingnya keterampilan kreatif dan kemampuan berpikir abstrak. Menurut Richard D. Kahlenber, baik guru maupun siswa menghabiskan sebagian besar waktu mereka mempelajari konsep dari buku teks untuk mempersiapkan ujian, terlepas dari moralitas, estetika, keterampilan hidup, dan kreativitas yang jelas lebih penting untuk bekal sukses siswa. Menurut kritikus, sistem pendidikan yang berpusat pada tes standar tidak benar-benar mendidik siswa atau memberi mereka kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan masa depan mereka.

Dan itulah yang kita lakukan selama ini pada anak-anak kita, just teaching them to the test. 🙄

The post TEACHING TO THE TEST appeared first on Satria Dharma.

TAMU ISTIMEWA

$
0
0

Hari ini saya sangat beruntung kedatangan tamu yang sangat istimewa. Tamu saya bernama Ibu Dr. Arini Pakistyaningsih dengan ditemani 3 orang staf dari Dinas perpustakaan kota Surabaya. Ibu Dr. Arini ini sekarang adalah Staf Ahli Walikota Surabaya, Ibu Dr. Tri Rismaharini, yang baru saja menyelesaikan studi doktoralnya di UNESA.
Apa yang istimewa? Karena Bu Arini adalah seorang Doktor di bidang Literasi, yang masih sangat jarang di tanah air ini. Disertasi beliau berjudul “Pengembangan Model Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat dan Kemampuan Baca Siswa di Kota Surabaya.” Ditulis berdasarkan pengalaman beliau mengembangkan Surabaya sebagai Kota Literasi ketika masih menjabat sebagai Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Kota Surabaya.

Kedatangan Bu Dr. Arini ini adalah untuk menghadiahi saya sebuah kopi buku Disertasinya dan sebuah buku berjudul “Model Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat dan Kemampuan Baca Siswa” yang membahas petunjuk teknis dalam mengimplementasikan buku model pemanfaatan perpustakaan sekolah.

Mengapa Ibu Dr. Arini Pakistyaningsih menghadiahi saya kopi disertasinya? Pertama, sebagai rasa gembira dan syukur bahwa pada akhirnya beliau berhasil menyelesaikan program doktoral beliau dengan disertasi dan penelitian khusus tentang Literasi yang memang merupakan minat dan bidang yang beliau geluti selama bertahun-tahun bekerja di Badan Perpustakaan dan Arsip Kota Surabaya. Beliau adalah penggagas pengembangan minat dan kemampuan baca siswa di Kota Surabaya yang akhirnya saya jadikan model dalam program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) (yang akhirnya menjadi program nasional oleh Kemendikbud itu). Beliaulah yang sangat getol untuk menjadikan Surabaya sebagai Kota Literasi dengan mengajak saya bersama-sama menjalankan programnya di sekolah-sekolah di Surabaya. Pada saat itu beliau adalah Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Kota Surabaya dan beliaulah yang menjalankan misi Bu Risma untuk menjadikan siswa Surabaya suka membaca. Kisahnya bisa dibaca di

SURABAYA KOTA LITERASI
SURABAYA KOTA LITERASI (Bagian 2)
SETAHUN SURABAYA KOTA LITERASI
KADO TAHUN BARU KOTA SURABAYA UTK DUNIA LITERASI INDONESIA

Alasan kedua beliau menghadiah saya kopi disertasinya adalah keprihatinan beliau melihat perkembangan pembelajaran literasi yang tidak kunjung menunjukkan hasilnya secara nasional. Padahal beliau memiliki sebuah model peningkatan minat dan kemampuan baca siswa yang telah terbukti mampu meningkatkan minat dan kemampuan siswa yang ditelitinya selama bertahun-tahun di Surabaya. Apa yang telah beliau lakukan juga telah dituliskan dalam sebuah disertasi dan bahkan telah dibuatkan modelnya yang bisa diadopsi bagi daerah-daerah lain yang ingin agar siswanya meningkat minat dan kemampuan bacanya. Beliau ingin agar saya mempromosikan metode yang telah beliau kembangkan itu ke tingkat nasional sebagaimana saya dulu membawa program yang kami jalankan bersama menjadi Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Beliau berharap bahwa apa yang telah dikembangkannya ini bisa diadopsi oleh daerah-daerah lain melalui program GLS atau pun program Mas Mentri yang baru untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Bu Dr. Arini sangat siap dan bersedia untuk membantu jika diperlukan oleh Kemendikbud.

Apakah kota Anda ingin agar dapat menjadi Kota/Kabulaten Literasi seperti Surabaya? Beliau dengan sangat senang bersedia membantu. 🙏😊

Surabaya, 17 Desember 2019

The post TAMU ISTIMEWA appeared first on Satria Dharma.

BAHASA KEDUA DALAM TES PISA KITA

$
0
0

Sebagai penggagas Gerakan Literasi Sekolah hasil tes PISA yang baru saja dirilis benar-benar membuat hati saya sedih dan kecewa. Saya pikir GLS yang dijadikan sebagai program resmi Kemendikbud yang kemudian disebarluaskan ke seluruh Nusantara selama beberapa waktu ini paling tidak akan memberi sedikit efek pada peningkatan nilai tes PISA 2015 kita ke PISA 2018. Faktanya malah menurun. Hasil Tes PISA 2018 kita kembali merosot ke poin 371. Sama persis dengan poin kita pada tahun 2000. Jadi 18 tahun berlalu dan kita masih berada di tempat yang sama dalam soal kemampuan membaca. Sungguh mengenaskan…!
Ada apa yang salah sebenarnya…?! Mengapa semua kerja pendidikan kita selama ini sama sekali tidak berbekas…?! 🙄
Jelas sekali bahwa apa yang kita lakukan selama ini sama sekali tidak mampu meningkatkan kemampuan literasi anak-anak kita. Kita harus bersungguh-sungguh meneliti kesalahan kita ini dan mencoba cara lain yang lebih efektif.

Menurut saya ada beberapa alasan mengapa GLS yang meski pun sudah menjadi program Kemendikbud secara nasional belum juga memberikan hasil yang memadai. Apakah program GLS yang selama ini kita laksanakan salah? Tidak. Pembiasaan siswa untuk membaca sangatlah penting dan vital. Justru sebaliknya kegagalan kita adalah karena program ini memang belum dilaksanakan secara merata. Jangankan yang di luar Jawa, sedangkan di Jawa Timur pun masih banyak sekolah yang belum melaksanakannya sampai hari ini. Kalau mau benar-benar berkeliling maka bahkan di Surabaya, di mana program ini pertama kali dilaksanakan, masih banyak sekolah yang belum melaksanakannya. Bahkan ada sekolah yang semula melaksanakannya saat ini sudah tidak melaksanakannya. Bukan hanya di daerah-daerah, bahkan di Jakarta yang nilai literasinya tertinggi program GLS ini juga belum berjalan dengan lancar. Artinya Kemendikbud dan Disdik belum berhasil mendorong setiap sekolah untuk menjalankan program sederhana membiasakan anak membaca 15 menit setiap pagi secara rutin ini secara massif. Asumsi saya jika sudah diluncurkan oleh Kemendikbud dengan begitu gegap gempita maka akan langsung diikuti oleh semua sekolah dengan patuh dan ‘sami’na wa athokna’. I was wrong… 🙄 Jika di kota besar saja kita gagal menjalankan program sederhana ini maka jangan harap bisa menjalankan program ini di daerah-daerah yang jauh dari ibukota dan berada di remote area. Perlu sebuah strategi baru untuk dapat mengembangkan program GLS ini lebih jauh agar benar-benar menjadi sebuah instrument pengembangan kemampuan berbahasa anak.

Memang ada banyak kendala bagi sekolah untuk menjalankan GLS ini. Pertama soal komitmen. Untuk bisa berkomitmen memang dibutuhkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya penumbuhan dan pengembangan minat baca siswa sejak SD. Membaca adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan yang akan diperoleh siswa di sekolah. Jika pentingnya membaca saja tidak benar-benar dipahami oleh para kepala sekolah dan guru maka usaha mereka untuk menjalankan GLS jelas minimal. Kedua, soal fasilitas baca alias bukunya itu sendiri. Hampir semua sekolah yang pernah saya datangi tidak memiliki koleksi buku yang memadai untuk menjadikan siswanya berminat untuk membaca, baik dalam jumlah maupun dalam jenisnya.

Kedua, ini yang baru saya sadari. Ternyata Bahasa Indonesia yang kita ajarkan pada anak bukanlah bahasa Ibu (mother tongue) tetapi lebih banyak sebagai bahasa kedua (second language). Kita selama ini tidak pernah memahami bahwa Bahasa Indonesia itu BUKANLAH bahasa ibu bagi mayoritas anak-anak kita. Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu hanyalah ada di kalangan keluarga terdidik yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehari-hari di rumah mereka. Mayoritas keluarga di seluruh Indonesia masih menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing sebagai bahasa pengantar sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua atau second language bagi mereka. Dengan kondisi semacam ini maka jelas pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua semestinya menggunakan pendekatan berbeda dengan jika bahasa Indonesia menjadi bahasa pertama (mother tongue).

Konsep Belajar Bahasa adalah belajar terampil berbahasa (lisan dan tulisan). Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa ujaran atau pun tulisan. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran yang mengarah kepada keterampilan berbahasa siswa baik lisan mau pun tulisan. Untuk mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua jelas pendekatan, metode, dan teknik pembelajarannya harus berbeda. Guru yang mengampu bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua harus benar-benar fasih berbahasa Indonesia baik lisan mau pun tulisan dan tidak menggunakan bahasa daerah atau bahasa pertama selama mengajar atau pun berinteraksi dengan siswa yang belum menguasai bahasa kedua baik lisan mau pun tulisan. Sayangnya masih sangat banyak guru di daerah yang mengajarkan bahasa Indonesia yang justru tidak begitu menguasai bahasa Indonesia secara lisan. Mereka bahkan sering menggunakan bahasa daerah dalam pembelajarannya. Ini tentu menghambat penguasaan siswanya dalam memperoleh ketrampilan berbahasa kedua. Pembelajaran formal di kelas haruslah intensif dan siswa benar-benar dilatih untuk menggunakan bahasa kedua ini dalam berinteraksi baik di dalam mau pun di luar kelas. Ketidakmampuan siswa dalam menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua jelas merupakan hambatan yang sangat besar dalam penguasaan kemampuan berliterasi siswa di bidang atau pun mata pelajaran lain. Oleh karena itu, latihan terus-menerus merupakan salah satu metode penguasaan bahasa Indonesia. Latihan ini haruslah mampu membuat siswa memiliki kemampuan berkomunikasi sebagaimana ia menggunakan bahasa pertamanya. Kurangnya latihan akan menghambat kemampuan siswa untuk menguasai bahasa kedua. Kalau pemerolehan bahasa kedua saja sudah banyak kesulitan akibat pengaruh bahasa pertama, bagaimana pula dengan proses bahasa ketiga, yaitu bahasa asing? 🤔

Dari hasil PISA atau pun UN kita bisa melihat bahwa bahasa Indonesia masih merupakan hambatan besar bagi siswa untuk dikuasai. Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa pelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang tidak disukai oleh para anak didik. Dalam Ujian Nasional ternyata bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang dianggap paling sukar oleh para anak didik sehingga hasilnya paling buruk. Sebagai contoh, hasil UN jenjang SMA atau sederajat pada tahun 2013 nilai hasil UN mata pelajaran Bahasa Indonesia menempati peringkat terendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Lebih dari itu, nilai Bahasa Indonesia yang diperoleh oleh siswa jurusan Bahasa SMA ternyata lebih rendah daripada yang diperoleh siswa jurusan IPA dan IPS.. (Republika, 24/5/2013). Sungguh ironis. 😞

Pada waktu Ujian Nasional, siswa yang melaksanakan UN di daerah merasa kesulitan dalam memahami soal yang menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini jelas menghambat kemampuan mereka dalam mengerjakan soal-soal UN. Mereka sebenarnya mengerti materi soalnya tapi karena bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya mereka kurang pahami maka hal ini membuat mereka tidak bisa menjawab dengan akurat. Kenyataan itu menunjukkan bahwa pelajaran bahasa nasional tidak mencapai sasaran.
Dalam mempelajari bahasa kedua (baca: bahasa Indonesia) perlu diperhatikan perbedaan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran pada siswa yang sehari-hari menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantarnya. Perbedaan pendekatan dan metoda ini harus dikuasai oleh guru bahasa Indonesia yang juga harus fasih menggunakan bahasa Indonesia. Materi belajar dan fasilitas buku-buku penunjang harus benar-benar dilengkapi. Begitu juga dengan latar belakang budaya yang perlu dipertimbangkan. Ini tampaknya tidak pernah diperhatikan oleh Kemendikbud.

Kurikulum pembelajaran Bahasa Indonesia kita di SD dan SMP tampaknya memang harus benar-benar diubah dan diarahkan pada penguasaan siswa untuk memiliki kemampuan membaca dan menulis dan bukan pada kemampuan menjawab soal tes Bahasa Indonesia seperti yang sekarang berlangsung di kelas-kelas kita. 🙏

Surabaya, 18 Desember 2019

The post BAHASA KEDUA DALAM TES PISA KITA appeared first on Satria Dharma.


SEANDAINYA SAYA BUPATI…

$
0
0
Presiden Jokowi berfoto bersama para bupati yang mengikuti pertemuan di Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Selasa (31/7/2018) siang. (Foto: Rahmat/Humas)

Presiden Jokowi berfoto bersama para bupati yang mengikuti pertemuan di Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Selasa (31/7/2018) siang. (Foto: Rahmat/Humas)

Seandainya saya Bupati maka jelas saya yang akan bertanggung jawab atas hebat dan memblenya mutu pendidikan di daerah saya. Sayalah yang memang seharusnya bertanggung jawab untuk itu. Saya tidak akan menyalahkan staf saya karena toh saya bisa memilih siapa yang akan saya angkat untuk membantu saya. Kalau Kadisdik saya memble dengan mudah akan saya ganti dengan orang yang benar-benar mumpuni. Untuk apa saya punya Kadisdik dan Kabag yang tidak bermutu? Ada banyak orang hebat yang bersedia untuk menjadi Kadisdik dan mau bekerja keras memperbaiki mutu pendidikan di daerah saya.

Saya juga tidak akan menyalahkan Gubernur karena kami punya kewenangan, hak dan tanggung jawab yang berbeda. Apalagi menyalahkan Mendikbud. Lagipula kan sebenarnya beban saya SUDAH DIKURANGI dengan ditariknya urusan pendidikan menengah ke propinsi. Jadi saya yang semula bertanggung jawab atas pendidikan dari tingkat SD, SMP, SLTA, maka kini berkurang tinggal SD dan SMP. Bahkan sebenarnya Kadisdik saya tidak perlu mengurusi anak-anak yang bersekolah di madrasah karena itu urusan Kemenag. Mosok sih ngurusi SD dan SMP saja saya tidak bisa melakukannya dengan sebaik-baiknya? Lha ngapain saya jadi Bupati kalau urusan begini saja saya sambat atau bahkan sampai disoroti karena ketidakmampuan saya. Mending ngarit saja kan…?!

Untuk memenuhi kebutuhan sekolah di daerah saya jika kurang maka saya TIDAK PERLU bikin sekolah baru. Untuk apa menambah beban APBD saya? Saya akan mengundang yayasan-yayasan pendidikan besar yang ada di tanah air untuk membuka sekolahnya di daerah saya. Saya akan mengundang yayasan pendidikan milik Muhammadyah, Nahdlatul Ulama, Gontor, yayasan Kristen, Katholik, dan perusahaan-perusahaan besar yang punya kepedulian pada pendidikan. Saya akan mengundang mereka untuk datang dan mendirikan sekolah mereka di daerah saya. Kalau perlu saya yang akan datang ke kantor pusat mereka dan MERAYU mereka untuk buka sekolah di daerah saya. Please….please…please…! Kalau mereka bersedia maka hari itu juga saya teken dan berikan surat ijin mendirikan sekolahnya. Perlu tanah? Saya akan bujuk warga saya yang punya tanah kosong tak produktif untuk mewakafkan dan melepas tanahnya bagi mereka. Mengapa saya mengundang yayasan pendidikan swasta untuk masuk ke daerah saya? Karena mereka telah benar-benar teruji dalam mengelola pendidikan di seluruh Indonesia dan mereka juga sangat mandiri dalam membiayai pendidikan mereka. Saya tidak perlu repot-repot membebani APBD saya. Warga saya juga tentu tidak akan segan-segan mengeluarkan dana untuk mendapatkan pendidikan bermutu tinggi yang setara dengan kota-kota besar. Itulah rahasianya mengapa ada sekolah-sekolah swasta yang peminatnya begitu membludak sampai pendaftarannya sudah tutup setahun sebelumnya. Edun banget kan…?! Sekolah-sekolah hebat semacam itulah yang saya inginkan ada di daerah saya dan bukan sekolah negeri yang dikelola dengan buruk, membebani anggaran daerah, kasek dan gurunya suka sambat melulu, dan menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak bermutu. Nehi lha yaow…!

Bagaimana dengan sekolah-sekolah negeri yang menjadi tanggung jawab Kadisdik saya? Tentu saja saya akan memenuhi kebutuhan gurunya. Itu jelas menjadi tanggung jawab saya sebagai kepala daerah. Tidak mungkin saya akan menuntut Kemendikbud untuk memenuhinya. Jangan kaya orang susah, kata anak-anak zaman sekarang. Untuk memenuhi kebutuhan guru saya akan mengangkat 1.000 (seribu) guru honorer dengan gaji minimal satu juta rupiah dan akan saya naikkan gaji mereka nantinya secara bertahap. Tentu saja saya akan sangat selektif memilih guru-guru honorer ini agar jangan sampai ada guru-guru yang tidak layak mengisi kelas-kelas kami. Kalau perlu saya akan buka lowongan sampai ke propinsi agar benar-benar yang terpilih itu guru yang bermutu tinggi. Berapa sih biayanya? Seribu guru honorer dengan gaji sejuta sebulan berarti hanya 1M setiap bulannya atau 12M setahun. Itu sungguh tidak ada artinya dibandingkan dengan manfaatnya bagi kemajuan pendidikan di daerah saya. Tak berarti…!

Selain itu saya akan MEWAJIBKAN  guru-guru saya untuk mengikuti pelatihan guru secara rutin SETIAP BULAN. Saya akan beri mereka tunjangan pelatihan sebesar seratus ribu rupiah setiap bulan untuk mengikuti dan melakukan pelatihan terstruktur secara mandiri. Seribu guru mendapatkan tunjangan pelatihan seratus ribu setiap bulan selama setahun itu hanya 1,2M. Sungguh pinat bagi APBD daerah saya. Saya akan undang IGI dan PGRI untuk mengelola pelatihan para guru saya. Toh para guru punya dana untuk ikut pelatihan. Lha wong para pelatih IGI itu sungguh ikhlas dan sabar. Tidak diberi honor mereka ho’oh saja. Yang penting ada biaya transportnya dan bisa menginap di salah satu rumah guru. Malamnya mereka akan saya undang datang ke rumah dinas saya dan saya ajak makan ikan bakar.  Apalagi kalau mereka saya beri sertifikat dan berfoto dengan saya. Wah…! Bangga sekali mereka itu.

Nah, seandainya saya seorang Bupati dan Anda punya ide-ide hebat lainnya untuk memajukan pendidikan di daerah saya, kira-kira apa itu? Maukah Anda berbagi dengan saya ide-ide hebat Anda tersebut?

Surabaya, 20 Desember 2019

 

 

Salam

Satria Dharma
https://satriadharma.com/

 

The post SEANDAINYA SAYA BUPATI… appeared first on Satria Dharma.

SELAMAT HARI NATAL DAN TAHUN BARU

$
0
0
Ilustrasi. medium.com

Ilustrasi. medium.com

Setiap menjelang Natal selalu saja terjadi pertengkaran di antara umat Islam antara yang pro dan kontra ucapan Selamat Natal. Perkaranya karena ada ulama yang membolehkan ucapan Selamat Natal, dan ada ulama yang dengan keras melarangnya. Kenapa bisa demikian? Karena ini termasuk perkara yang tidak ada nash-nya yang tegas dan jelas. Baik yang membolehkan maupun yang melarangnya tidak berlandaskan kepada dalil yang qath’i (pasti). Artinya semua ulama bersandarkan diri pada pendapat masing-masing yang tentu saja berdasarkan pada pemahaman agama masing-masing. Dan masing-masing ulama tentu saja menyatakan dirinya bersandarkan pada Alquran dan hadist. Yang enggan mengucapkan Selamat Natal punya dasar, demikian juga yang mengucapkannya.

Mengapa demikian? Karena perkara ucapan Selamat Natal ini adalah perkara ushul yang dhann’i dan bukan perkara yang qath’i. Tidak ada ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang secara jelas dan tegas menerangkan keharaman atau kebolehan mengucapkan selamat Natal. Karena tidak ada ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang secara jelas dan tegas menerangkan hukumnya, maka masalah ini masuk dalam kategori permasalahan ijtihadi. Dengan demikian, baik ulama yang mengharamkannya maupun membolehkannya, sama-sama hanya berpegangan pada generalitas (keumuman) ayat atau hadits yang mereka sinyalir terkait dengan hukum permasalahan ini. Karenanya, mereka berbeda pendapat berdasarkan ijtihad mereka sendiri-sendiri. Dalam hal ini umat Islam sepakat untuk saling menghargai dan menghormati sikap yang berbeda dengannya.

QATH’I DAN DHANN’I

Apa itu dalil qath’i dan apa perkara yang dhannî? contoh. Perintah tentang kewajiban salat itu qath’i dalam al-Qur’an. Dalilnya pasti dan terang benderang! Tidak ada ulama yang berbeda pendapat soal kewajiban salat ini.
Begitu juga zakat, puasa, dan haji. Perintah ini diperkuat dan dipertegas oleh ucapan dan perbuatan Nabi. Selama hidupnya Nabi tidak pernah meninggalkan salat. Abu Bakar bahkan memerangi Muslim yang menolak membayar zakat. Larangan berzina, mencuri, membunuh tanpa hak, menyakiti orang tua, dan makan daging babi adalah larangan qath’i dalam al-Qur’an. Tegas dan tidak abu-abu. Terhadap perintah dan larangan yang pasti di dalam al-Qur’an, tidak boleh ada ijtihad atau fatwa atau pendapat yang menyimpangi nash sharîh, kecuali pengecualian (takhshîs) yang dibenarkan dalil. Kewajiban umum salat, misalnya, gugur bagi orang yang tidak mukallaf, yaitu anak kecil hingga dewasa, orang gila hingga waras, orang sakit hingga sembuh.

Bagaimana dengan perintah dan larangan yang tidak pasti, baik di dalam al-Qur’an maupun Sunnah? Dalam hal ini hukum diambil dengan cara analogi. Langkah pertamanya adalah mencari persamaan illat. Hukum merokok tidak ada di dalam al-Qur’an dan hadis, karena merokok belum ada di zaman Nabi. Tetapi merokok termasuk barang yang merusak kesehatan. Mengkonsumsi barang yang merusak kesehatan dilarang.
Bagaimana kita menghakimi pengharaman perbuatan merokok yang sifatnya dhann’i ini? Nah ini bergantung pada siapa yang mengharamkan dan bagaimana status hukumnya.
Apakah statusnya sudah qath’i atau masih dhann’i? Kalau pengharamannya jelas tertulis di Alquran ya tidak ada perdebatan. Tapi kalau itu sifatnya pendapat ulama maka itu bisa khilafiah.
Saya termasuk yang mengharamkan yang artinya mengharamkan untuk diri saya. Tapi tentu saja saya tidak bisa memaksa siapa pun untuk ikut pendapat saya. Bagimu pendapatmu, bagiku pendapatku. Bahkan pada anak saya tetap tidak bisa saya haramkan. Itu urusan anak saya dengan kesehatannya. Saya tidak bisa memaksa anak saya untuk ikut pendapat saya.

Maka kembali pada kesepakatan sikap kita yaitu mari menghormati pendapat masing-masing. Yang mengharamkan merokok ya jangan merokok dan tidak perlu menuding kafir dan berdosa pada yang merokok dengan alasan pengharaman yang dibuatnya.

UCAPAN SELAMAT NATAL

Adakah dalil yang membolehkan ucapan Selamat Natal? Ada, meski tidak tegas. Dalam QS. Maryam (QS 19: 33), ada ucapan Selamat Natal bagi kelahiran Nabi Isa yang artinya : “Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan pada hari ketika aku dibangkitkan hidup kembali.”

Ini adalah ucapan Nabi Isa yang menyambut Natal bagi kelahirannya sendiri. Al-Qur’an juga menyampaikan salam sejahtera kepada Nuh (QS. 37: 79), Ibrahim (QS. 37: 109), Musa dan Harun (QS. 37: 120), dan juga kepada Yahya (QS. 19: 15).
Nabi bahkan merayakan hari keselamatan Musa dengan berpuasa Asyura. Nabi juga sangat menghormati Nabi Isa atau Yesus.

TAKUT AKIDAH RUSAK
Ada orang yang tidak mau mengucapkan selamat natal karena takut akidahnya rusak. It’s okey… Akidah setiap orang memang berbeda. Ada yang katanya kalau mengucapkan selamat natal maka otomatis dia mengakui adanya tuhan yang lain. Saya sebetulnya mau ngakak dengar alasannya tapi kan gak sopan.

Saya bisa mengerti kalau orang-orang berakidah sensitif semacam ini tidak mengucapkannya. Who cares and who needs their greetings…?!
Yang saya jengkel adalah orang-orang semacam ini justru sengit pada orang yang akidahnya kuat dan tidak terganggu oleh ucapan selamat natal. Mereka ingin orang lain mengikuti jejak mereka yang berakidah mudah rusak dan syahadatnya gugur tersebut. Karena bagi mereka mengucapkan selamat natal adalah tanda kekafiran maka mereka menuding orang-orang yang tidak ikut ‘mazhab’ mereka sebagai golongan orang yang rusak akidahnya dan gugur syahadatnya. Saya ini antara jengkel dan mau ngakak pada orang-orang semacam ini. Lha wong akidah mereka yang lemah kok ya menuduh orang lain sama dengan mereka, yaitu kalau mengucapkan selamat natal sama dengan mengakui adanya tuhan yang lain. OMG…!

Padahal saya sudah menantang mereka tolong tunjukkan satu saja orang yang akidahnya rusak karena mengucapkan selamat natal agar saya bisa percaya pada mereka. Eh, mereka malah marah dan lebih gencar lagi tuduhannya pada saya. Katanya saya telah auto kafirlah, munafiklah, munawirlah…

Ada ulama tertentu yang bilang mereka melarang umat Islam mengucapkan selamat natal untuk menjaga akidah mereka. Bagi saya mereka adalah ulama penyebar mitos karena sampai hari ini belum pernah kita temukan umat Islam yang rusak akidahnya karena mengucapkan selamat natal. Mereka menciptakan monster dan vampir akidah di kepala mereka dan kemudian jadi takut pada bayang-bayang mereka sendiri. Mereka lalu menyebarkan ketakutan tersebut pada jamaahnya. Mereka ingin umat Islam sama takutnya dengan mereka karena bagi mereka monster dan vampir akidah itu sangat nyata bagi mereka. Saya tentu tidak akan mengikuti imajinasi ulama semacam itu.

Ketika orang Islam mengucapkan Selamat Natal, jelas sekali tidak berarti mereka mengakui ketuhanan Yesus karena Isa, dalam keyakinan Muslim, adalah Nabi dan utusan. Ucapan Selamat Natal bagi mereka adalah pernyataan dan ekspresi turut bergembira terhadap lahirnya Nabi dan utusan, yang kelak oleh Nabi Muhammad sendiri disebut sebagai juru penegak keadilan di akhir zaman.

Soal orang Nasrani mengimani ketuhanan Yesus, itu urusan mereka. Soal tanggal pasti kelahiran Yesus, itu juga urusan mereka. Toh orang Islam merayakan maulid Nabi juga tidak harus di tanggal 12 Rabiul Awwal. Bukankah kita sudah sepakat dengan prinsip ‘Lakum dinukum waliyadien’, Bagimu agamamu, bagiku agamaku?
Selama bertahun-tahu saya sebagai orang Islam mengucapkan Selamat Natal kepada tetangga dan teman-teman saya dan tidak pernah ada masalah. Akidah saya hanya Tuhan yang tahu dan sungguh sok sekali kalau ada yang merasa tahu soal akidah saya.

Jika Anda menganggap mengucapkan selamat Natal itu membahayakan akidah Anda maka jangan lakukan. Silakan saja mengikuti pendapat itu tanpa perlu merasa paling benar dan menyatakan pendapat orang lain salah dan sesat. Itu hanya akan merusak kerukunan sesama umat Isla.

Eh, maksud saya nulis ini sebenarnya adalah hendak mengucapkan Selamat Merayakan Hari Natal dan Tahun Baru bagi teman-teman yang merayakannya. Saya akan mendoakan agar kalian mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan di hari yang indah ini. Mari kita bersama menciptakan kerukunan umat beragama demi jayanya negara kita.

Ini foto saya bersama Santa Klaus. Dia tanya saya mau minta apa untuk hadiah natal. Hampir saja saya minta wanita cantik untuk menemani saya liburan natal dan tahun baru ini. Tapi begitu saya menoleh ke belakang ternyata I got it already…

Selamat menikmati liburan natal dan tahun baru Anda as we do…

Bali, 25 Desember 2019

The post SELAMAT HARI NATAL DAN TAHUN BARU appeared first on Satria Dharma.

GURU KONTRAK PROFESIONAL

$
0
0
Ilustrasi. Gambar; Google

Ilustrasi. Gambar; Google

Hampir semua sepakat bahwa dari tiga faktor penentu keberhasilan pendidikan yaitu : perangkat keras (hardware) yang meliputi : ruang belajar, peralatan praktek, laboratorium, perpustakaan, dll,; perangkat lunak (software) yang meliputi :kurikulum, program pengajaran, manajemen sekolah, sistem pembelajaran, dll, serta perangkat pikir (brainware) yaitu : guru, kepala sekolah, anak didik, dan orang-orang yang terkait dalam proses tersebut; maka guru adalah faktor yang paling menentukan. Argumentasinya adalah, ruang belajar bisa sangat sederhana; peralatan, laboratorium dan perpustakaan bisa kurang memadai, tapi bila gurunya memiliki kualitas yang tinggi dalam mengajar maka guru tersebut akan dapat berinovasi untuk mencapai tujuan pengajarannya. Sebaliknya jika meskipun semuanya tersedia, jika gurunya tidak berkualitas maka semua peralatan tersebut tidak akan ada gunanya. Dahulu ada ‘joke’ tentang keinginan bangsa Jepang untuk tukar menukar tanah air dengan kita. Bangsa Indonesia silakan pindah ke Jepang dan ambil semua kekayaan Jepang dan ditambah boleh membawa semua harta yang ada dari Indonesia. Sebaliknya bangsa Jepang akan pindah ke tanah air kita hanya dengan mengenakan celana kolor saja. Dijamin dalam jangka waktu singkat bangsa Jepang akan kembali kaya dan tetap unggul karena keunggulan brainwarenya. Sebaliknya, meskipun telah mewarisi banyak harta dari Jepang, tak lama kita tentu akan terpuruk lagi karena SDM kita yang lemah.
Jepang sangat percaya bahwa pendidikan adalah sangat penting dan guru merupakan profesi yang sangat terhormat dan sangat dihargai. Di Australia sendiri banyak master dan doktor yang bersedia menjadi guru (bukan dosen) di sekolah dasar dan menengah karena gaji mereka tercukupi di sana.

RENDAHNYA MUTU GURU KITA

Rendahnya mutu guru kita dapat dilihat dari data UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) Report 2016. Berdasakan data tersebut pendidikan di Indonesia menempati peringkat ke-10 dari 14 negara berkembang dan kualitas guru menempati peringkat ke-14 dari 14 negara berkembang di dunia. Jumlah guru mengalami peningkatan sebanyak 382% dari 1999/2000 menjadi sebanyak 3 juta orang lebih, sedangkan peningkatan jumlah peserta didik hanya 17%. Dari 3.9 juta guru yang ada, masih terdapat 25% guru yang belum memenuhi syarat kualifikasi akademik dan 52% di antaranya belum memiliki sertifikat profesi.
Berdasarkan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) guru Indonesia hanya berhasil mendapatkan nilai 44,5 atau masih di bawah rata-rata nasional. Total guru yang mengikuti UKG mencapai 243.619 orang dan skor yang didapat rata-rata 44,55. Bahkan, tidak ada seorang pun guru yang berhasil meraih nilai maksimal 100. Nilai tertinggi UKG hanya 91,12. Nilai ini tidak berbeda jauh dengan rata-rata nilai Uji Kompetensi Awal (UKA) beberapa waktu, yakni 42.

APA USAHA UNTUK MEMPERBAIKI MUTU GURU KITA ?

Pertama, jangan lagi membiarkan adanya guru yang tidak kompeten masuk ke dalam sistem pendidikan kita. Kita harus mencegah masuknya guru yang tidak layak mengajar dan tidak memiliki gairah dan kecintaan dalam mendidik anak masuk ke kelas-kelas anak kita. Mulai sekarang rekrutmen guru harus benar-benar ketat dan seleksinya dijalankan secara bertahap. Hanya guru dengan kualifikasi terbaik yang kita bolehkan untuk masuk ke kelas anak-anak kita.

Kedua, pensiunkan guru-guru yang tidak kompeten dan sudah kehilangan gairah dalam mengajar. Apalagi guru-guru yang buruk dan membawa suasana dan pengaruh negatif di sekolah. Tidak ada gunanya mempertahankan mereka di sekolah selain menambah dan memperpanjang masalah saja. Lebih baik kehilangan orang-orang seperti ini ketimbang mempertahankannya.

Ketiga, pertahankan guru-guru yang meski kurang kompetensinya tapi masih bersedia untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mengajarnya melalui pelatihan-pelatihan terstruktur dan berkelanjutan. Kita masih bisa berharap dari guru-guru semacam ini. Untuk guru-guru ini perlu disusun suatu rencana strategis untuk meningkatkan kualitas mereka dengan berusaha meningkatkan pendidikan mereka agar tercapai suatu standar kualifikasi tertentu untuk dapat mengajar di suatu jenjang pendidikan.

PERUBAHAN YANG MASIF

Mengirim lima orang atau sepuluh orang guru bahasa Inggris untuk belajar di luar negeri itu bagus. Tapi ini biayanya mahal dan efeknya tidak besar. Kita tidak bisa berharap dari pelatihan yang hanya berefek pada segelintir orang saja. Perubahan yang perlu kita lakukan haruslah bersifat masif dan mendasar. Jangan sampai usaha memperbaiki mutu pendidikan kita hanyalah seperti menembak beruang dengan senapan angin. Suaranya memang keras tapi tidak akan dapat melukai beruang tersebut.
Apalah artinya 5 atau 10 orang yang akan dikirim ke luar negeri jika tidak akan mampu membuat perubahan yang signifikan pada upaya perbaikan mutu pendidikan kita.

GURU KONTRAK : BELAJAR DARI SANG MURID

Semua tahu bahwa Malaysia yang dulunya mengimport guru-guru dari negera kita, artinya belajar dari guru-guru kita, ternyata saat ini telah bangkit menjadi negara dengan kualitas pendidikan yang jauh di atas kita. Mari kita belajar dari mereka kini.

Bagaimana Malaysia bisa sehebat itu ? Tahun tujuh puluhan mereka telah menyadari bahwa pendidikan harus ditangani secara serius dengan langkah-langkah strategis, terutama adalah dengan meningkatkan mutu guru sekolah mereka. Tapi berbeda dengan kita yang menganggap bahwa memperbaiki mutu guru adalah dengan memperbaiki guru yang ada sebisa-bisanya, Malaysia jauh lebih maju dengan mengisi sebanyak-banyaknya sekolah mereka dengan guru-guru ‘kualitas impor’. Ini artinya mereka tidak mau bermain-main dengan visi dan misi mereka untuk memperbaiki mutu pendidikan mereka. Kalau mau bersaing secara global maka guru-gurunya harus berkualitas global. Kalau di dalam negeri tidak tersedia ya ambil dari luar negeri. Simpel, berani, dan sangat strategis. Kalau ada pemerintah yang ‘bekoar’ akan mencetak lulusan yang bisa bersaing dengan lulusan negara yang telah lebih maju dengan mutu guru seperti apa adanya sekarang ini maka pemerintah tersebut perlu diragukan akal sehatnya. LPTK kita sebagai sumber pendidikan guru Indonesia jelas sudah gagal menghasilkan guru bermutu seperti yang kita inginkan. LPTK sendiri harus dibongkar dan dioverhaul.

SEBERAPA MAHAL BIAYANYA ?

Meski sekilas tampak mahal untuk ‘mengimpor’ guru dengan kualitas ‘impor’ tapi ternyata tidaklah semahal yang kita duga. Sebagai contoh, untuk memiliki 100 guru bahasa Inggris dengan nilai TOEFL minimal 500, umpamanya, masih bisa kita peroleh dari lulusan perguruan tinggi ternama di Jawa. Jika kita berani memberi gaji mereka 6 juta rupiah sebulan, umpamanya, maka untuk 100 guru diperlukan dana sebesar 600 juta rupiah sebulan atau 7,2 M setahun, dan jika ditambah ini dan itu menjadi 8 M setahun. Jika kita mengontraknya selama lima tahun, umpamanya, maka dana yang kita butuhkan hanyalah 40 M, suatu nilai yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan hasil yang bisa kita peroleh dalam 5 tahun tersebut. Dengan 100 orang guru bahasa Inggris berpengalaman dengan TOEFL 500 tentu hasilnya akan lebih nyata ketimbang hanya mengirim 5 atau 10 orang guru bahasa Inggris ke Australia.

Begitu juga dengan guru-guru SD, karena kalau mau mengubah mutu pendidikan kita memang harus dimulai dari dasar. Jika sebuah Pemkab atau Pemkot mau mengontrak guru SD berkualitas dengan iming-iming gaji 6 juta sebulan ditambah perumahan dan fasilitas lain senilai 1 juta perbulan maka saya yakin akan banyak guru-guru berkualitas dari Jawa ataupun para sarjana lulusan terbaik yang bersedia untuk mengikuti program ini. Jika dikontrak 300 orang guru SD berkualitas terbaik maka dana yang dikeluarkan hanyalah 2,1 M sebulan atau 25 M setahun atau 125 M dalam lima tahun. Suatu jumlah yang sungguh kecil untuk proyek pendidikan yang akan mengantarkan bangsa kita lepas dari kebodohan dan kemiskinan. Tiga ratus orang guru SD berkualitas terbaik yang bisa diperoleh tentu akan bisa mengubah mutu pendidikan dasar kita di sebuah daerah secara nyata dalam jangka waktu lima, apalagi dalam sepuluh tahun, mendatang.

BAGAIMANA DENGAN GURU-GURU LOKAL ?

Seperti juga di Malaysia, guru-guru lokal diminta untuk belajar dari guru-guru ‘impor’ dengan menjadi asisten atau pendamping guru-guru tersebut. Dengan demikian guru-guru lokal belajar langsung praktek mengajar dengan guru-guru berkualitas ‘impor’, tanpa harus membayar ekstra. Jadi sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui. Siswa dapat pendidikan dengan guru bermutu, para guru lokal juga mendapat tutor yang berkelas ‘impor’. Semuanya kena. Guru-guru yang perlu disekolahkan lebih lanjutpun bisa dengan tenang bersekolah karena siswa-siswa mereka sudah ditangani oleh guru-guru yang berkualitas ‘impor’. Semua diuntungkan.

Kalau mau betul-betul serius mengubah wajah pendidikan daerah, kontrak saja sebanyak mungkin tenaga pengajar berkualitas ‘impor’ pada semua level. Tiga ratus guru SD, 200 orang guru SLTP semua bidang studi, 100 orang guru SLTA semua bidang studi dan kontrak mereka minimal 5 tahun. Insya Allah dalam lima tahun daerah tersebut akan memiliki lulusan dengan kualifikasi minimal lima besar di skala nasional.

Apa yang terjadi setelah kontrak tersebut selesai lima atau sepuluh tahun kemudian ? Tentu tidak ada masalah karena toh mereka bangsa kita sendiri. Kalau kita anggap guru-guru lokal kita sudah memiliki kemampuan seperti mereka maka kontrak bisa diputus dan selanjutnya guru lokallah yang akan melanjutkan tugas mengajar sepenuhnya. Guru kontrak ini bisa mencari kontrak di daerah lain yang mungkin bisa lebih tinggi nilanya, apalagi mereka sekarang sudah lebih berpengalaman. Seorang profesional tidak pernah kuatir dirinya tidak akan terpakai. Hanya orang yang tidak memiliki kemampuan yang takut untuk bersaing.

Tapi kalau kita anggap guru kontrak tersebut menguntungkan bagi pendidikan daerah maka kontrak bisa diteruskan sambil terus berusaha untuk mempensiundinikan guru-guru lokal yang memang tidak memenuhi syarat. Kejam ? Lebih kejam lagi membiarkan anak-anak kita yang kita harapkan untuk membayar utang-utang negara kita kelak diajar oleh orang yang tidak memenuhi syarat. Adalah berdosa jika biarkan anak-anak kita belajar pada orang-orang yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi guru.

Ada sebuah pemeo yang menyatakan bahwa jika kita memilih insinyur yang bodoh maka akibatnya bangunan kita akan roboh. Tapi kita akan bisa membuat bangunan baru lagi. Tapi kalau kita memilih guru yang salah maka kita akan medapatkan anak-anak yang tidak bermutu dan itu tidak bisa kita perbaiki lagi. Wallahu a’lam !

Semoga ini menggugah kita untuk lebih perduli pada pendidikan anak-anak kita.

(Tulis ulang dari tulisan saya ketika masih di Balikpapan pada September 2002, alias 17 tahun yang lalu)

Madiun, 30 Desember 2019

The post GURU KONTRAK PROFESIONAL appeared first on Satria Dharma.

DITIPU…😞

$
0
0

Cerita seorang teman yang ditipu membuat saya jadi ingat kisah saya ditipu juga dulu. Saya tidak pernah ceritakan hal ini karena apa hebatnya cerita kita ditipu orang…?! Mbok ya cerita tentang kesuksesan aja agar memotivasi teman yang lain… 😀 Tapi siapa tahu kisah ini bisa memberi pelajaran bagi orang lain. Paling tidak bisa membuat teman lain yang juga pernah ditipu merasa ada temannya. 😂

Saya masih tinggal di Balikpapan waktu itu dan tiba-tiba diajak untuk ikut bisnis batubara oleh seorang teman. Wah, keren banget kan kalau bisa jadi ‘pengusaha’ batubara? 😀 Siapa tahu saya yang masih jadi guru dan dosen waktu itu bisa jadi kaya raya jika ikut bisnis ini. Waktu itu bisnis batubara memang sedang booming dan semua orang lagi gila batubara. 😀Saya punya sedikit tabungan yang bisa saya pakai untuk ‘main batubara’. Lagipula teman yang mengajak saya ini orangnya ulet banget dan punya potensi untuk sukses. Okelah kalau begitu… Apa salahnya…?! Siapa tahu nasib awak lagi mujur. Dari seorang guru swasta menjadi pengusaha batubara kaya raya… Kalian jangan iri ya kalau saya sukses nanti… 😎

Kami bikin PT dan berkali-kali saya diminta untuk memasukkan modal dan membiayai operasional bisnis tsb. Saya juga berkali-kali diajak untuk melihat lokasi bisnis yang dipersiapkan. Pokoknya everything is so convincing, meyakinkan deh. Bisnisnya malah melebar ke macam-macam usaha tapi semuanya masih tahapan investasi.

Suatu ketika saya diajak untuk ke Jakarta untuk bertemu dengan ‘potential buyer’ batubara kami. Kami memang belum produksi tapi contoh batubaranya sudah ada. Ceritanya ini ada investor besar yang mau masuk dan perlu kami yakinkan bahwa lahan batubara kami memang menghasilkan batubara yang potensial untuk ditambang. Wow…! Ini memang tahapan berikutnya yang harus kami lalui. Kami harus dapat investor besar agar tambang kami bisa dioperasikan secara masif. Begitu kami dapat investor maka untuk selanjutnya kami tinggal leha-leha dan bisa dapat bagi hasil yang lumayan. Matematika saya mulai jalan… Kalau dari setiap kilo batubara yang kami hasilkan kami dapat bagian sekian sen dolar sedangkan produk kami adalah ribuan ton dalam sebulan maka…. 🤑

Saya kemudian diajak partner saya ke Jakarta untuk bertemu ‘potential buyer’ dan diajak ketemuan di resto mahal. Yo jelas resto mahallah, Bro. Namanya juga ketemu investor besar. Mosok ketemuan di warteg atau sekedar di Foodcourt Eat n Eat FX Plaza kayak ketemu Nang Te sesama kaipang . Ya gak levellah, Bro. Kami bawa contoh batubaranya dari Balikpapan untuk kami perlihatkan (mungkin lebih dari 5 kilo beratnya).
Waktu ‘potential buyer’ itu datang ternyata mereka datang berombongan berenam atau bertujuh and looked hungry. 🙄 Begitu melihat mereka sepintas saja saya sudah ragu dengan ‘kepotensialan’ mereka sebagai investor. Saya ini kan mantan anggota kaipang jadi tahulah gaya-gaya kekaipangan meski dibungkus dengan baju mahal. Mereka-mereka ini gayanya ngaipang banget dan begitu datang langsung pesan makan ini dan itu dan tanpa perlu dikomando langsung tancap makan dengan penuh gusto. Mereka juga tidak tertarik untuk bicara bisnis dan sama sekali tidak menanyakan sampel batubara yang saya bawa berat-berat dari Balikpapan itu. Mereka datang, hahahihi…, makan dengan penuh semangat, and say goodbye… Anjriiit…! 😳
Tinggallah kami plonga plongo seperti barusan dirampok dengan sukarela oleh gerombolan penipu berkedok investor tsb. Asyuu…! Saya harus bayar bon makan para preman ibukota di resto keren yang astagfirullah hal adzim mahalnya. 😂
Saya tidak tahu darimana kompanyon bisnis saya tersebut dapat rekomendasi ‘investor besar’ ini tapi jelas kami telah sukses dikadalin di Jakarta, Ibukota Negara kita, yang menjadi harapan para pebisnis pemula macam saya. 😞

Apakah itu menyurutkan semangat saya untuk jadi pebisnis klas ibukota…?! Tidak. Maksud saya belum…😀 Saya masih perlu ditipu berkali-kali lagi sampai saya benar-benar kapok dan memutuskan untuk membuang khayalan saya jadi pengusaha kaya dan sukses. Mungkin memang bukan ‘pawakan’ saya untuk jadi pengusaha sukses yang kaya raya. Mungkin jalur kaya saya di track yang lain. 😎

Bagaimana perasaan saya kena tipu berkali-kali…?! Ya nyengir kecutlah, Bro. “Aseeem…! Kenak lagi aku nih…!” Begitu kata saya dalam hati sambil setengah gelo setengah ngakak. 😂

Of course life is beautiful but sometimes we need to feel the pain of being cheated like others. 🙏😀

The post DITIPU…😞 appeared first on Satria Dharma.

MENJADI KONSULTAN PENDIDIKAN DI GROBOGAN

$
0
0

Ketika saya menulis status di FB berjudul “Seandainya saya bupati..” rupanya pendapat saya menarik perhatian banyak orang dan muncul berbagai komentar yang positif.
Tapi ada satu komentar yang menarik dan berbunyi begini: “Opo berkenan tah sampean kami jadikan konsultan Disdik Grobogan. Kira2 aku kuat bayar gak ya, Cak.”

Yang berkomentar ini Mas Amin Hidayat, Kadisdik Kab. Grobogan. Apa yang saya tulis ini tampaknya menarik perhatiannya dan beliau merasa pandangan-pandangan saya menarik. Ia lalu menawari saya untuk menjadi konsultan pendidikan di Kab. Grobogan. Saya dan Mas Amin Hidayat sudah berteman dan bekerjasama sekitar empat tahunan. Beliau ini memang sangat peduli dengan program Gerakan Literasi Sekolah. Saya bahkan pernah diundang dua kali datang ke Purwodadi, Grobogan dalam rangka mengisi acara Deklarasi Grobogan sebagai Kabupaten Literasi pada tahun 2016 dan yang kedua mengisi acara yang digagas beliau pada 23-25 Februari 2018 yang bertema “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah untuk Mewujudkan Grobogan sebagai Kabupaten Literasi “. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Kyriad Grand Master atas kerjasama Dinas pendidikan Kabupaten Grobogan, Forum Silaturahim Sekolah Islam Grobogan (FOSSIG ) dan Forum Persaudaraan Muslim Grobogan (FPMG). Kegiatan workshop ini menghadirkan berbagai narasumber nasional dalam bidang Literasi, antara lain Dewi Utama Faizah dari Satgas GLS Kemdikbud RI, Dharma Sastra dari Tarakan, Ameliasari Kesuma dari Salatiga, BM Asti dan Kak Erwin NS Pambudi dari Grobogan, Handoko Widagdo, dari USAID yang saat ini melakukan program inovasi dan literasi di Kalimantan Utara, dan saya sendiri. Sila baca di pustakawanjogja.

Totalitas Mas Amin pada pengembangan literasi sekolah memang luar biasa. Tapi mengapa Mas Amin ini perlu seorang konsultan? Rupanya karena Kab. Grobogan memang benar-benar serius mau membenahi kemampuan literasi warga, utamanya siswanya. Kabupaten Grobogan sendiri memang sudah dicanangkan sebagai Kabupaten Literasi dan bahkan Bupatinya Ibu Sri Sumarni mendapatkan penghargaan sebagai tokoh Penggerak Literasi Nasional tahun 2019 di Balai Pertemuan Pemprov DKI Jakarta pada Sabtu (301/11) dari Media Guru.

Melihat keseriusan dari Mas Amin ini tidak bisa tidak maka saya harus berupaya membantu. Saya lalu menjawab,” Untuk Grobogan gratis sepenuhnya.” Maksud saya, untuk urusan literasi saya tidak perlu dibayar. Tidak mungkin saya akan menolak tawaran sebuah pekerjaan yang sangat saya sukai.

Tapi mungkin jawaban saya dianggap main-main sehingga dikomentari lagi, “Serius Cak. Ojo ngono Cak. Profesional Cak iki.
Lalu saya jawab, “Saya malah dua rius. Januari saya datang ke Grobogan ya. Insya Allah. Nanti kita bicara serius dua rius.” 😀

Tawaran beliau ini tentu menarik perhatian saya karena salah satu profesi saya sebelum ini adalah sebagai konsultan pendidikan. Saya cukup lama membantu Sampoerna Foundation pada awal berdirinya bersama sute saya Ahmad Rizali. Sekarang Sampoerna Foundation sudah melesat dengan berbagai programnya dan bahkan dengan sekolahnya Sampoerna University. Selain di SF saya juga pernah membantu di Provisi Education. Di Balikpapan saya mengerjakan proyek Peta Pendidikan Kota Balikpapan. Di Surabaya saya menggagas Surabaya Kota Literasi dan di Kemendikbud pada zaman Anies Baswedan saya menggagas Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Saya juga cukup lama menjadi Konsultan SMAN 5 Surabaya. Jadi saya punya pengalaman cukup lumayan sebagai konsultan pendidikan.

Selain itu, saya juga butuh tantangan baru. Saya sudah pernah jadi Ketua Komite Sekolah, Ketua Dewan Pendidikan Kota Balikpapan, pengurus MUI, jadi Wali Murid, jadi guru, jadi orang tua dan suami yang baik, dll. 😎 Jadi kalau saya bisa membantu sebuah daerah sebagai konsultan pendidikan tentunya akan menarik.

Jadi begitulah…
Saya terima tawaran beliau dan janji untuk datang pada tgl 3 dan 4 Januari ini.
Sebelumnya saya langsung menghubungi sobat saya Mas Handoko Widagdo. Beliau adalah Manager Program INOVASI untuk Kaltara dan kebetulan adalah orang Grobogan yang sekarang tinggal di Solo. Sebelumnya beliau bekerja di USAID dan telah malang melintang di berbagai negara dan propinsi di bidang pertanian dan pendidikan. Begitu saya ajak untuk menjadi konsultan probono di Grobogan beliau langsung antusias. Tentu saja jika kita bisa membantu daerah asal sendiri dengan pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki merupakan sebuah kesempatan yang sangat baik. Mas Handoko bahkan langsung menghubungi Tanoto Foundation agar bisa mendapatkan bantuan pelatihan TOT bagi guru Grobogan. Tanoto Foundation ternyata langsung sepakat asal ada dana pendamping dari Pemkab. Grobogan. Kami lalu sepakat untuk datang bersama-sama ke Purwodadi menemui Pak Amin Hidayat.
Saya berangkat dari Surabaya sehari sebelumnya dan menginap di rumah Mas Handoko.. Sebelumnya saya diajak untuk melihat Museum Fosil Sangiran di Kali Jambe, Sragen, yang sekarang sudah sangat bagus dan semestinya menjadi tujuan wisata dan edukasi bagi setiap siswa. Esoknya kami berangkat ke Purwodadi.

Jum’at, 3 Januari.

Jarak dari Solo ke Purwodadi, ibukota Kab. Grobogan, adalah sekitar 2 -2,5 jam perjalanan darat. Jalanannya cukup melelahkan karena bergelombang dan lebarnya pas-pasan bagi kendaraan dua arah. Kalau di depan kami ada truk yang berjalan lambat maka kami harus berupaya untuk mendahuluinya dengan lumayan sulit. 😊

Setelah bertemu dengan Mas Amin Hidayat kami lalu diajak menemui Pak Sumarsono, Sekda Kab. Grobogan. Setelah menjelaskan maksud dan keinginan kami beliau langsung sepakat dan bersedia mendukung apa pun rencana kami. Sungguh luar biasa beliau ini. Begitu responsif dan sangat terbuka. Rasanya sungguh gembira bertemu dengan para pejabat yang responsif seperti beliau ini. Beliau bahkan bilang bahwa kami tidak perlu merepotkan Bupati untuk hal-hal teknis. Jalan saja dan nanti kalau ada hal-hal yang urgen dan strategis baru melapor ke Bupati. Ini menunjukkan bahwa beliau bukan orang yang birokratis tapi benar-benar paham pada prosedur. 👍😊

Siangnya kami mengumpulkan sejumlah kepala sekolah untuk menyampaikan pengalaman Pak Handoko mengembangkan program literasi dasar di Kaltara. Selama hampir dua jam Pak Handoko melakukan presentasi dan tanya jawab dengan sekitar 50-an kepala sekolah.
Ada banyak informasi penting yang disampaikan pada acara ini tapi yang penting adalah menanamkan kesadaran bahwa jika kita gagal membuat anak memiliki ketrampilan membaca pada SD kelas bawah (1-3) maka selamanya anak akan kesulitan mengejar pada kelas atas (4-6). Pada SD kelas bawah anak diajar untuk membaca atau anak belajar membaca. Pada kelas atas anak mulai menggunakan kemampuan membacanya untuk belajar. Jadi mereka membaca untuk belajar. Ada kesadaran bahwa para guru harus fokus pada penuntasan kemampuan membaca yang disyaratkan agar siswa bisa memahami pembelajaran bidang lain di kelas atas. Kegagalan untuk menyiapkan kemampuan membaca siswa di jenjang kelas bawah akan sangat mempengaruhi kemampuan anak untuk belajar lebih lanjut.
Mas Handoko langsung kembali siang itu dan saya menginap untuk agenda besok pagi.

Sabtu, 4 Januari 2020

Pagi ini adalah sesi saya untuk bicara pada para pengawas, korwil, dan penilik sekolah. Jumlah mereka ada sekitar 100 orang lebih. Ini adalah inti dari kedatangan saya hari ini, yaitu membangun Tim Satgas Literasi Kab. Grobogan. Jadi para pengawas, korwil, dan penilik ini nantinya akan menjadi supervisor atau manajer program GLS di sekolah binaannya masing-masing. Tugas mereka adalah: Merancang, Melaksanakan, Memonitor, dan Mengevaluasi pelaksanaan program GLS di sekolah binaan masing-masing. Setiap pengawas tampaknya akan mendapat sekolah binaan sekitar 10 sekolah yang akan mereka bina program GLS-nya. Nantinya mereka akan menyusun program masing-masing di bawah Ketua Tim Satgas Literasi Kab. Grobogan, Dr. Wahono, yang merupakan Sekertaris Kadisdik. Setelah presentasi dan diskusi selama dua jam lebih semua peserta tampak antusias dan yakin bisa melaksanakan program ini dengan sebaik-baiknya.

Saya sungguh lega bahwa upaya untuk membentuk Tim Satgas Literasi Kab. Grobogan ini berjalan dengan lancar dan disambut dengan antusias oleh para pengawas dan penilik. 😊

What’s next…?!
I’ll keep you informed. 🙏😊

Surabaya, 5 Januari 2020

Foto dokumentasi

The post MENJADI KONSULTAN PENDIDIKAN DI GROBOGAN appeared first on Satria Dharma.

Viewing all 857 articles
Browse latest View live